
Inflasi Mei di Atas Ekspektasi, Penguatan IHSG Terpangkas
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 June 2019 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Mei 2019. Sepanjang bulan lalu, BPS mengumumkan bahwa terjadi inflasi sebesar 0,68% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,32%. Capaian tersebut berada di atas konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang sebesar 0,53% secara bulanan.
Sebelum BPS mengumumkan angka inflasi, IHSG melejit 1,62% ke level 6.309,75. Kini, penguatan IHSG tersisa 1,54% ke level 6.304,59.
Inflasi pada bulanan Ramadan tahun ini tak bisa dibilang rendah seperti yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Sebagai informasi, periode puasa pada tahun ini dimulai pada awal Mei, tepatnya pada tanggal 5.
Pada tahun 2018, inflasi Ramadan secara bulanan adalah sebesar 0,21% (Mei) dan 0,59% (Juni). Kemudian pada tahun 2017, inflasi Ramadan secara bulanan yang sebagian besar jatuh di bulan Juni adalah 0,69%.
Sebenarnya, tingginya inflasi bisa menjadi pertanda kuatnya konsumsi masyarakat. Namun, inflasi pada bulan lalu dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan. Sepanjang bulan lalu, harga bahan makanan melesat 2,02% secara bulanan dan menyumbang sebesar 63% dari inflasi bulanan periode Mei yang sebesar 0,68%.
Sementara itu, komponen lain yang lebih menunjukkan kuat-lemahnya konsumsi masyarakat justru hanya mencatatkan kenaikan harga yang tipis saja.
Bisa jadi, laju perekonomian kuartal-II 2019 tak akan memenuhi ekspektasi lantaran kenaikan harga bahan makanan yang begitu tinggi membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang lainnya.
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga memang memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Indonesia adalah sebesar 55,7%, menjadikannya pos dengan kontribusi terbesar. Di posisi 2, ada investasi yang berkontribusi sebesar 32,3% dan di posisi 3 ada ekspor (barang dan jasa) yang berkontribusi sebesar 21%. Kala konsumsi masyarakat tertekan, tentu laju perekonomian ekonomi juga akan berada di level yang relatif rendah.
Bagi pasar saham, kondisi seperti ini tentu tidak favorable.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Sebelum BPS mengumumkan angka inflasi, IHSG melejit 1,62% ke level 6.309,75. Kini, penguatan IHSG tersisa 1,54% ke level 6.304,59.
Inflasi pada bulanan Ramadan tahun ini tak bisa dibilang rendah seperti yang sebelumnya diekspektasikan pelaku pasar. Sebagai informasi, periode puasa pada tahun ini dimulai pada awal Mei, tepatnya pada tanggal 5.
Sebenarnya, tingginya inflasi bisa menjadi pertanda kuatnya konsumsi masyarakat. Namun, inflasi pada bulan lalu dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan. Sepanjang bulan lalu, harga bahan makanan melesat 2,02% secara bulanan dan menyumbang sebesar 63% dari inflasi bulanan periode Mei yang sebesar 0,68%.
Sementara itu, komponen lain yang lebih menunjukkan kuat-lemahnya konsumsi masyarakat justru hanya mencatatkan kenaikan harga yang tipis saja.
Bisa jadi, laju perekonomian kuartal-II 2019 tak akan memenuhi ekspektasi lantaran kenaikan harga bahan makanan yang begitu tinggi membatasi konsumsi masyarakat atas barang-barang lainnya.
Sebagai informasi, konsumsi rumah tangga memang memegang peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian Indonesia adalah sebesar 55,7%, menjadikannya pos dengan kontribusi terbesar. Di posisi 2, ada investasi yang berkontribusi sebesar 32,3% dan di posisi 3 ada ekspor (barang dan jasa) yang berkontribusi sebesar 21%. Kala konsumsi masyarakat tertekan, tentu laju perekonomian ekonomi juga akan berada di level yang relatif rendah.
Bagi pasar saham, kondisi seperti ini tentu tidak favorable.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular