
Simak Peluang Cuan 40 Saham IDX80 yang Turun dari Awal Tahun
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 June 2019 17:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 40 saham yang masuk daftar Indeks IDX80 atau berkapitalisasi besar terkoreksi sejak awal tahun (year to date, YTD). Namun secara fundamental masih menyimpan potensi penguatan lebih besar ke depannya dibanding saham yang sudah menguat lebih dulu.
Dari 80 saham yang menjadi anggota daftar (konstituen) Indeks IDX80, sebanyak 40 yang pergerakannya masih di zona merah, 1 saham stagnan, dan 39 saham lainnya sudah menguat.
Lima saham dari total 40 saham tersebut yang mengalami koreksi terbesar sejak awal tahun, sekaligus memberikan potensi yang lebih besar untuk menguat nanti adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) 46,59%, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) 39,08%, dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) 33,04%.
Dua saham lain adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Meskipun baru masuk saham Jakarta Islamic Index (JII), saham ERAA masih terkoreksi yang diwarnai sentimen negatif dari kinerja kuartal I-2019 yang di bawah ekspektasi.
Selain faktor kinerja, rivalitas penjualan ponsel yang tanpa henti terhadap pasar gelap dan barang selundupan yang kurang diantisipasi dan disikapi secara tegas di dalam negeri turut menjadi perhatian investor di pasar sehingga diler resmi ponsel seperti ERAA masih harus bekerja keras menandingi pasar gelap tersebut.
Untuk BDMN, saham ini masih melemah sejak awal tahun terutama disebabkan oleh dikeluarkannya saham tersebut dari daftar indeks MSCI Indonesia.
Entah terkait atau tidak dengan didepaknya saham yang baru dibeli MUFG Jepang itu dari MSCI, tetapi penjualan asetnya yaitu PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) kepada Allianz dianggap dapat menurunkan kinerja keuangan perseroan.
Kinerja yang disoroti pelaku pasar tersebut terutama dari sisi keuntungan investasi ekuitas (return on equity, ROE) yang berpotensi melemah pasca divestasi asuransi yang memiliki produk andalan Autocilin tersebut.
Untuk department store milik Grup Lippo yaitu Matahari Department Store, koreksi sudah mulai melanda sejak laporan keuangan 2018 emiten diumumkan, yang secara mengejutkan ciut 42% menjadi Rp 1,1 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,19 triliun.
Ternyata, penyebabnya adalah kerugian pada investasi layanan e-commerce O2O Mataharimall.com yang kemudian dilebur menjadi Matahari.com.
Situs jual-beli tersebut setidaknya sudah melahap modal US$ 600 juta (setara Rp 8,55 triliun, dengan nilai tukar saat ini Rp 14.258 per dolar AS), sebanyak US$ 500 juta di antaranya dari kantong Grup Lippo dan US$ 100 juta dari suntikan tambahan modal Mitsui & Co pada 2016 silam.
Dalam laporan keuangan setahun penuh 2018 milik LPPF, kerugian investasi pada Mataharimall.com tercatat Rp 769,77 miliar.
Sejak awal tahun, saham INKP dan CPIN juga mengalami koreksi cukup besar sejak awal tahun.
INKP masih diwarnai sentimen negatif dari laporan keuangan kuartal I-2019 yang kurang menggembirakan bagi sayap industri kertas Grup Sinar Mas tersebut karena turun 8,02% menjadi US$ 776,05 juta dari US$ 843,72 juta.
Di sisi lain, kenaikan kinerja keuangan dan kenaikan harga ayam menjelang Bulan Puasa kurang menolong CPIN karena turunnya harga ayam sejak awal tahun yang signifikan.
Penurunan harga ayam itu terbebani oleh mahalnya bahan baku pakan ternak akibat kenaikan harga jagung yang mayoritas masih diimpor serta oversupply karena implementasi aturan penyediaan rumah potong yang kurang digubris pelaku usaha peternakan ayam pedaging, terutama di Jawa Tengah.
Tidak heran, baik CPIN yang dimiliki keluarga Jiavaranon dari Thailand tersebut maupun hampir seluruh pelaku usaha peternakan ayam pun terguncang oleh penurunan harga ayam tersebut.
Indeks IDX80 adalah indeks yang terdiri dari 80 saham pilihan Bursa Efek Indonesia yang seleksinya dipengaruhi faktor likuiditas transaksi dan kepatuhan (compliance) dari emiten saham, penghitungan likuiditas, dan kapitalisasi pasar terbesar.
Khusus untuk IDX-80, sejak diluncurkan sudah mengacu pada ketentuan minimal saham publik (free float).
Indeks tersebut dipilih karena pemilihannya sudah berdasarkan kriteria otoritas bursa serta jumlahnya yang cukup banyak.
Di sisi lain, satu saham konstituen IDX80 yang harga pada akhir Mei menyamai posisi di akhir 2018 adalah PT PP Properti Tbk (PPRO).
Dari indeks yang sama, lima dari 39 saham dengan penguatan terbesar didapuk oleh PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Timah Tbk (TINS), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article GOTO Masuk Indeks LQ45, IDX30 dan IDX80 Mulai 8 Juni
Dari 80 saham yang menjadi anggota daftar (konstituen) Indeks IDX80, sebanyak 40 yang pergerakannya masih di zona merah, 1 saham stagnan, dan 39 saham lainnya sudah menguat.
Dua saham lain adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Selain faktor kinerja, rivalitas penjualan ponsel yang tanpa henti terhadap pasar gelap dan barang selundupan yang kurang diantisipasi dan disikapi secara tegas di dalam negeri turut menjadi perhatian investor di pasar sehingga diler resmi ponsel seperti ERAA masih harus bekerja keras menandingi pasar gelap tersebut.
Untuk BDMN, saham ini masih melemah sejak awal tahun terutama disebabkan oleh dikeluarkannya saham tersebut dari daftar indeks MSCI Indonesia.
Entah terkait atau tidak dengan didepaknya saham yang baru dibeli MUFG Jepang itu dari MSCI, tetapi penjualan asetnya yaitu PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) kepada Allianz dianggap dapat menurunkan kinerja keuangan perseroan.
Kinerja yang disoroti pelaku pasar tersebut terutama dari sisi keuntungan investasi ekuitas (return on equity, ROE) yang berpotensi melemah pasca divestasi asuransi yang memiliki produk andalan Autocilin tersebut.
Ternyata, penyebabnya adalah kerugian pada investasi layanan e-commerce O2O Mataharimall.com yang kemudian dilebur menjadi Matahari.com.
Situs jual-beli tersebut setidaknya sudah melahap modal US$ 600 juta (setara Rp 8,55 triliun, dengan nilai tukar saat ini Rp 14.258 per dolar AS), sebanyak US$ 500 juta di antaranya dari kantong Grup Lippo dan US$ 100 juta dari suntikan tambahan modal Mitsui & Co pada 2016 silam.
Dalam laporan keuangan setahun penuh 2018 milik LPPF, kerugian investasi pada Mataharimall.com tercatat Rp 769,77 miliar.
Sejak awal tahun, saham INKP dan CPIN juga mengalami koreksi cukup besar sejak awal tahun.
INKP masih diwarnai sentimen negatif dari laporan keuangan kuartal I-2019 yang kurang menggembirakan bagi sayap industri kertas Grup Sinar Mas tersebut karena turun 8,02% menjadi US$ 776,05 juta dari US$ 843,72 juta.
Di sisi lain, kenaikan kinerja keuangan dan kenaikan harga ayam menjelang Bulan Puasa kurang menolong CPIN karena turunnya harga ayam sejak awal tahun yang signifikan.
Penurunan harga ayam itu terbebani oleh mahalnya bahan baku pakan ternak akibat kenaikan harga jagung yang mayoritas masih diimpor serta oversupply karena implementasi aturan penyediaan rumah potong yang kurang digubris pelaku usaha peternakan ayam pedaging, terutama di Jawa Tengah.
Tidak heran, baik CPIN yang dimiliki keluarga Jiavaranon dari Thailand tersebut maupun hampir seluruh pelaku usaha peternakan ayam pun terguncang oleh penurunan harga ayam tersebut.
Indeks IDX80 adalah indeks yang terdiri dari 80 saham pilihan Bursa Efek Indonesia yang seleksinya dipengaruhi faktor likuiditas transaksi dan kepatuhan (compliance) dari emiten saham, penghitungan likuiditas, dan kapitalisasi pasar terbesar.
Khusus untuk IDX-80, sejak diluncurkan sudah mengacu pada ketentuan minimal saham publik (free float).
Indeks tersebut dipilih karena pemilihannya sudah berdasarkan kriteria otoritas bursa serta jumlahnya yang cukup banyak.
Di sisi lain, satu saham konstituen IDX80 yang harga pada akhir Mei menyamai posisi di akhir 2018 adalah PT PP Properti Tbk (PPRO).
Dari indeks yang sama, lima dari 39 saham dengan penguatan terbesar didapuk oleh PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), PT Timah Tbk (TINS), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article GOTO Masuk Indeks LQ45, IDX30 dan IDX80 Mulai 8 Juni
Most Popular