Bank Dunia Pangkas PDB Global, Begini Rupiah Jika Tak Libur

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 June 2019 10:38
Bank Dunia Pangkas PDB Global, Begini Rupiah Jika Tak Libur
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia (World Bank/WB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) global di tahun ini, dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2019 yang dirilis Selasa (4/6/2019) malam waktu setempat atau Rabu dini hari waktu Indonesia.

Pasar dalam negeri yang libur Hari Raya Idul Fitri selama 1 pekan membuat rupiah tidak diperdagangkan. Namun seandainya hari ini tidak libur, rupiah kemungkinan akan melemah yang terlihat dari pasar Non-Deliverable Forwards (NDF).



Pasar NDF dapat dijadikan alternatif untuk melihat pergerakan rupiah, karena pasar spot valuta asing dalam negeri tutup. Pada umumnya, pergerakan di pasar NDF dapat menjadi indikasi untuk menentukan nasib rupiah saat perdagangan pasar spot kembali dibuka pekan depan.

Sebagai informasi NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dengan kontrak besaran dan jangka waktu tertentu. Selama ini NDF diperdagangkan di pusat-pusat finansial global seperti London, New York, atau Singapura.

Pada penutupan pasar NDF Selasa (4/5/19) untuk kontrak 1 pekan rupiah berada di level Rp 14.194/US$ sementara hari ini Rabu (5/5/19) pukul 9:23 WIB berada di level Rp 14.214/US$ atau melemah 0,14%.

Berikut kurs dolar AS terhadap rupiah di pasar NDF saat ini dibandingkan posisi penutupan pasar hari sebelumnya, mengutip Refinitiv:

Periode Kurs Terakhir 4 JuniKurs 5 Juni (Pukul 9:23 WIB)
1 Pekan14.19414.214
1 Bulan 14.26214.273
2 Bulan 14.33614.332
3 Bulan 14.40914.414
6 Bulan 14.61114.622
9 Bulan 14.798,1514.801,15
1 Tahun 15.01315.009
2 Tahun1579115.881

WB kini memprediksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini sebesar 2,6% atau turun dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya 2,9% yang diberikan pada bulan Januari lalu. Sementara untuk tahun 2020, PDB diperkirakan naik tipis 2,7%.

Melambatnya laju ekonomi global itu disebabkan oleh lesunya perdagangan internasional. Proyeksi ini dibuat dengan asumsi bahwa bea impor baru akan dikenakan dan hubungan perdagangan antara AS dan China terus memburuk.

Meski memangkas PDB global, tetapi untuk Indonesia sendiri Bank Dunia masih memberikan proyeksi PDB cukup bagus yakni sebesar 5,2%, di saat proyeksi pertumbuhan negara-negara emerging market sebesar 4%. Ini berarti PDB Indonesia akan jauh di atas negara emerging market lainnya.

Meski demikian Bank Dunia melihat Indonesia masih rentan terhadap perubahan kondisi keuangan global yang sifatnya tiba-tiba. Ini karena Indonesia masih sangat bergantung pada aliran modal asing yang cenderung bergerak penuh gejolak. 

Pelemahan rupiah di pasar NDF bisa jadi juga karena faktor technical rebound, apalagi melihat indeks dolar yang masih tertekan. Pada periode 30, 31 Mei dan 3 Juni, rupiah NDF kontrak 1 pekan sudah menguat hampir 2% dalam tiga hari perdagangan tersebut. Indeks dolar AS saat  ini sedang dalam tekanan akibat semakin menguatnya peluang pemangkasan suku bunga Federal Reserve/The Fed Amerika Serikat (AS). Beberapa petinggi The Fed, termasuk sang pimpinan Jerome Powell sudah memberikan indikasi ke arah pelonggaran moneter.

Presiden The Fed Negara Bagian St. Louis, James Bullard, sebelumnya mengatakan suku bunga “akan segera dipangkas” yang membuat indeks dolar langsung anjlok pada perdagangan Senin (3/5/19).



Sementara Powell pada Selasa mengatakan bank sentral akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi. Perang dagang menjadi alasan ketidakpastian perekonomian Paman Sam.

"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," kata Powell.

Perang dagang juga menjadi alasan bagi Bank Dunia untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di tahun ini menjadi 2,5% dibandingkan tahun 2018 sebesar 2,9%. Tidak hanya itu, ekonomi terbesar di dunia tersebut juga diperkirakan akan melambat di tahun-tahun berikutnya.

"Pertumbuhan AS diperkirakan melambat menjadi 2,5% di 2019 dan terus melemah menjadi 1,7% di 2020 dan 1,6% di 2021 karena dampak dari stimulus fiskal baru-baru ini melemah," menurut laporan Global Economic Prospects.

"Di lain pihak, kenaikan bea impor dan langkah balasannya diperkirakan akan membebani aktivitas (ekonomi)," lanjutnya.

Akibat komentar beberapa pejabat The Fed serta penurunan proyeksi pertumbuhan oleh WB, pelaku pasar kini melihat adanya probabilitas suku bunga di AS akan dipangkas sebanyak tiga kali di tahun ini.

Bank Dunia Pangkas PDB, Bagaimana Rupiah Jika Tidak Libur?Grafik: Probabilitas Suku Bunga The Fed Bulan Desember                  Sumber: CME Group

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pada bulan Desember terdapat probabilitas sebesar 33,8% suku bunga The Fed berada di kisaran 1,50% - 1,75%. Sementara suku bunga saat ini sebesar 2,25% - 2,50%, yang berarti akan ada pemangkasan tiga kali masing-masing 25 basis poin.

Perangkat yang sama menunjukkan pasar melihat probabilitas pemangkasan suku bunga pertama tahun ini di bulan Juli, kemudian disusul bulan September, dan terakhir di bulan Desember. Hal tersebut membuat indeks dolar terus mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir, termasuk hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/hps) Next Article Sri Mulyani Tak Mau Rupiah Terlalu Kuat, Ini Ramalan di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular