
Kalau Tak Libur Lebaran, Begini Nasib IHSG
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 June 2019 09:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak hari Senin (3/6/2019), perdagangan di bursa saham tanah air diliburkan seiring dengan peringatan hari raya Idul Fitri. Perdagangan baru akan kembali dibuka pada Senin pekan depan (10/6/2019).
Namun, kalau seandainya perdagangan hari ini dibuka, kira-kira bagaimana nasib Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? Sekedar mengingatkan, pada perdagangan hari Jumat (31/5/2019), IHSG tak sekalipun merasakan pahitnya zona merah dan ditutup melejit 1,72% ke level 6.209,12.
Nampaknya, IHSG akan melenggang mulus di zona hijau jika perdagangan hari ini dibuka. Pasalnya, seluruh bursa saham utama kawasan Asia kini sedang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,65%, indeks Shanghai naik 0,29%, indeks Hang Seng naik 0,89%, dan indeks Kospi naik 0,47%. Sementara itu, bursa saham Singapura diliburkan seiring dengan peringatan hari raya Idul Fitri.
Bursa saham regional berhasil mengekor jejak Wall Street yang juga membukukan penguatan pada perdagangan kemarin (4/6/2019): indeks Dow Jones melesat 2,06%, indeks S&P 500 melejit 2,14%, dan indeks Nasdaq Composite meroket 2,65%.
Optimisme bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi faktor yang melandasi aksi beli di Wall Street dan bursa saham Benua Kuning.
Kemarin, Gubernur The Fed Jerome Powell memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan yakni dengan mengubah standar referensinya dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga menjadi bank sentral akan memperhatikan dampak perang dagang dan akan mengambil tindakan "yang sesuai".
"Kami tidak tahu bagaimana atau kapan isu-isu (perdagangan) ini akan terselesaikan," kata Powell, dilansir dari Reuters.
"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan dalam sebuah pidato bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan mungkin perlu segera dilakukan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 4 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps pada tahun ini berada di level 31,3%. Untuk pemangkasan sebesar 50 dan 25 bps, probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 32,2% dan 14,2%.
Sementara itu, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipertahankan di level 2,25%-2,5% sepanjang tahun ini hanya tersisa sebesar 2,2% saja, dari yang sebelumnya 52,7% pada bulan lalu.
Di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia saat ini, memang pemangkasan tingkat suku bunga acuan dianggap sebagai opsi yang paling bijak. Dari dalam negeri, sentimen yang akan mendongkrak kinerja IHSG seandainya perdagangan hari ini dibuka datang dari keputusan lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Standard and Poor's (S&P) untuk menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada hari Jumat (31/5/2019).
Pada 31 Mei 2018 lalu, S&P sempat mengafirmasi peringkat surat utang jangka panjang Indonesia di level di BBB-. Sebagai informasi, level BBB- merupakan level terendah bagi surat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment-grade).
Dalam laporannya, S&P menuliskan bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama.
Pertumbuhan riil Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai 4,1% (rata-rata tertimbang 10 tahun), sedangkan negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama rata-rata hanya tumbuh 2,2%. Menurut lembaga yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS) tersebut, hal itu merupakan sebuah prestasi yang mengesankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Namun, kalau seandainya perdagangan hari ini dibuka, kira-kira bagaimana nasib Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? Sekedar mengingatkan, pada perdagangan hari Jumat (31/5/2019), IHSG tak sekalipun merasakan pahitnya zona merah dan ditutup melejit 1,72% ke level 6.209,12.
Nampaknya, IHSG akan melenggang mulus di zona hijau jika perdagangan hari ini dibuka. Pasalnya, seluruh bursa saham utama kawasan Asia kini sedang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,65%, indeks Shanghai naik 0,29%, indeks Hang Seng naik 0,89%, dan indeks Kospi naik 0,47%. Sementara itu, bursa saham Singapura diliburkan seiring dengan peringatan hari raya Idul Fitri.
Optimisme bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi faktor yang melandasi aksi beli di Wall Street dan bursa saham Benua Kuning.
Kemarin, Gubernur The Fed Jerome Powell memberi sinyal pemangkasan tingkat suku bunga acuan yakni dengan mengubah standar referensinya dari The Fed yang "sabar" dalam menentukan suku bunga menjadi bank sentral akan memperhatikan dampak perang dagang dan akan mengambil tindakan "yang sesuai".
"Kami tidak tahu bagaimana atau kapan isu-isu (perdagangan) ini akan terselesaikan," kata Powell, dilansir dari Reuters.
"Kami memantau dengan ketat dampak dari berbagai perkembangan ini terhadap proyeksi perekonomian AS dan, selalu, kami akan mengambil tindakan yang sesuai untuk mempertahankan pertumbuhan (ekonomi), dengan pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang ada di sekitar target simetris 2% kami," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengatakan dalam sebuah pidato bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan mungkin perlu segera dilakukan.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 4 Juni 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps pada tahun ini berada di level 31,3%. Untuk pemangkasan sebesar 50 dan 25 bps, probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 32,2% dan 14,2%.
Sementara itu, probabilitas bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipertahankan di level 2,25%-2,5% sepanjang tahun ini hanya tersisa sebesar 2,2% saja, dari yang sebelumnya 52,7% pada bulan lalu.
Di tengah risiko perlambatan ekonomi dunia saat ini, memang pemangkasan tingkat suku bunga acuan dianggap sebagai opsi yang paling bijak. Dari dalam negeri, sentimen yang akan mendongkrak kinerja IHSG seandainya perdagangan hari ini dibuka datang dari keputusan lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Standard and Poor's (S&P) untuk menaikkan peringkat surat utang jangka panjang Indonesia.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada hari Jumat (31/5/2019).
Pada 31 Mei 2018 lalu, S&P sempat mengafirmasi peringkat surat utang jangka panjang Indonesia di level di BBB-. Sebagai informasi, level BBB- merupakan level terendah bagi surat utang yang masuk dalam kategori layak investasi (investment-grade).
Dalam laporannya, S&P menuliskan bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama.
Pertumbuhan riil Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia mencapai 4,1% (rata-rata tertimbang 10 tahun), sedangkan negara-negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama rata-rata hanya tumbuh 2,2%. Menurut lembaga yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS) tersebut, hal itu merupakan sebuah prestasi yang mengesankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular