Kinerja Komoditas RI: Batu Bara-CPO Menyedihkan, Karet Kuat

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
04 June 2019 17:14
Setidaknya Masih Ada yang Bernasib Baik
Foto: Wahyu Daniel
3. Emas
Harga emas sedikit bernasib baik dengan penguatan sebesar 3,6% sejak awal tahun. Berdasarkan data Refinitiv, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) ditutup di posisi US$ 1.327,9/troy ounce pada perdagangan hari Senin (3/6/2019).



Selaku salah satu safe haven, harga emas mendapat sokongan dari ketidakpastian ekonomi global.

Perang dagang AS-China yang diikuti oleh sejumlah data ekonomi beberapa negara yang mengecewakan membuat investor makin gencar untuk mengoleksi emas.

Maklum, pergerakan harga emas memang cenderung lebih stabil jika dibandingkan dengan instrumen-instrumen berisiko seperti saham dan obligasi.

Alhasil, potensi kerugian dapat diredam dengan mengalihkan aset ke dalam bentuk emas. Meskipun keuntungan pun juga kecil.

4. Karet
Harga karet mampu menguat hingga 12,93% sejak awal tahun 2019. Membuka tahun dengan JPY 177/kg, harga karet acuan di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) ditutup di level JPY 192,2/kg pada hari Senin (3/6/2019).

Sebagai informasi, perdagangan karet di bursa TOCOM seringkali menjadi acuan dalam transaksi karet di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Salah satu sentimen pendorong harga karet adalah kebijakan tiga anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC), yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia, untuk mengurangi ekspor karet sebesar 240 ribu ton selama empat bulan mulai April 2019.



Diketahui tiga negara tersebut menguasai lebih dari 60% produksi karet dunia.

Namun harga karet masih mendapat tekanan dari aktivitas industri manufaktur, terutama kendaraan bermotor yang lesu.

Di China, penjualan mobil sepanjang bulan April mengalami kontraksi hingga 14,6% year-on-year (YoY) dan merupakan kontaksi bulanan yang ke-10 secara berturut-turut.

Sama halnya dengan di Indonesia, dimana penjualan mobil sepanjang Januari-April 2019 hanya sebesar 337.892 unit, atau turun hingga 14,2% YoY.

Penggunaan karet yang sebagian besar untuk industri ban kendaraan bermotor berpeluang besar untuk tidak tumbuh saat penjualan mobil melambat. Bahkan ada kemungkinan mengalami kontraksi.

5. Minyak Mentah (Brent)
Harga minyak mentah masih terus mendapat support dari kebijakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya dalam memangkas produksi hingga 1,2 juta barel/hari sejak awal tahun 2019.

Sejak saat itu pula harga minyak tercatat menguat hingga 13,42%.

Hingga kemarin, harga minyak mentah Brent kontrak pengiriman Agustus ditutup di posisi US$ 61,02/barel.

Namun belakangan perang dagang AS-China menjadi beban yang cukup berat bagi minyak mentah. Pasalnya proyeksi permintaan energi bisa turun.



Sejak akhir April 2019, harga minyak sudah amblas hingga 20% dan menjadi penurunan paling tajam sejak November 2018.

Kini pelaku pasar masih menantikan keputusan OPEC perihal kelanjutan kebijakan pemangkasan produksi minyak. Pertemuan OPEC akan dilangsungkan di Wina, Austria bulan Juli mendatang.

Bila produksi akan terus dikurangi, seperti yang diindikasikan oleh Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih, maka harga minyak berpotensi untuk kembali terangkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular