
Jelang Lebaran, Harga Emas Terbang ke Level Tertinggi 2 Bulan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 June 2019 19:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global terbang ke posisi tertinggi dalam 2 bulan seiring peningkatan permintaan akan instrumen safe haven di kalangan pelaku pasar. Hubungan Amerika Serikat (AS)-China yang semakin meregang serta perang dagang AS-Meksiko membuat ketidakpastian perekonomian dunia dalam bayang-bayang awan kelabu.
Pada perdagangan hari Senin (3/6/2019) pukul 18:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) menguat hingga 0,82% ke level US$ 1.321,9/troy ounce. Sementara harga emas di pasar spot naik 0,88% menjadi US$ 1.317,78/troy ounce.
Akhir pekan lalu, harga emas COMEX dan Spot juga mampu membukukan penguatan mingguan masing-masing sebesar 2,14% dan 1,60% secara point-to-point.
Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe mengatakan bahwa perang dengan AS akan menjadi bencana bagi dunia, mengutip Reuters, Minggu (2/6/2019). Dirinya juga memberi peringatan kepada Washington untuk tidak ikut campur dalam sengketa keamanan di Taiwan dan Laut China Selatan.
Komentar tersebut terlontar setelah pemerintahan Presiden AS, Donald Trump meningkatkan dukungannya terhadap kedaulatan Taiwan, termasuk pelayaran kapal perang AS melalui Selat Taiwan.
Sebelumnya pada hari Sabtu (1/6/2019), Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan mengatakan bahwa pihaknya akan lebih 'frontal' terhadap prilaku China di Asia.
Sudah sejak lama Taiwan menjadi isu yang paling sensitif di China. Negeri Tirai Bambu telah melakukan berbagai cara untuk membuat Taiwan kembali ke dalam kekuasaannya. Namun hingga kini masih belum berhasil karena banyaknya penolakan dari Taiwan.
"Bila siapapun berani untuk memisahkan Taiwan dari China, militer China tidak memiliki pilihan selain melawan dengan segala upaya. AS tidak dapat dipisahkan, begitu pula China. China harus, dan akan dipersatukan kembali," ujar Wi Fenghe.
Dalam kondisi perang dagang AS-China yang sudah panas, konflik yang berhujung pada baku tembak seperti ini bukan berita baik. Damai dagang semakin jauh, bahkan lebih berpotensi tereskalasi.
Sementara itu pada hari Kamis (30/5/2019) AS mengumumkan pemberlakuan bea impor 5% pada produk-produk Meksiko mulai 10 Juni 2019. Tidak berhenti di situ, Trump mengatakan bahwa tarif tersebut akan naik menjadi 25% hingga masalah imigran gelap dapat diatasi.
Tidak hanya dengan China, AS juga membuka peluang perang dagang dengan tetangganya, Meksiko. Bahayanya, sebagian besar barang impor yang masuk ke Meksiko berasal dari AS. Tentu saja hal ini membuat proyeksi perekonomian AS menjadi tanda tanya besar.
Peluang perlambatan ekonomi yang semakin parah kian menghantui pelaku pasar.
Dalam kondisi ini, investor akan cenderung mengoleksi emas untuk menghindari kerugian yang besar. Maklum, pergerakan harga emas relatif lebih stabil ketimbang instrumen berisiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Emas, How High Can You Fly
Pada perdagangan hari Senin (3/6/2019) pukul 18:30 WIB, harga emas kontrak pengiriman Agustus di bursa New York Commodity Exchange (COMEX) menguat hingga 0,82% ke level US$ 1.321,9/troy ounce. Sementara harga emas di pasar spot naik 0,88% menjadi US$ 1.317,78/troy ounce.
Akhir pekan lalu, harga emas COMEX dan Spot juga mampu membukukan penguatan mingguan masing-masing sebesar 2,14% dan 1,60% secara point-to-point.
Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe mengatakan bahwa perang dengan AS akan menjadi bencana bagi dunia, mengutip Reuters, Minggu (2/6/2019). Dirinya juga memberi peringatan kepada Washington untuk tidak ikut campur dalam sengketa keamanan di Taiwan dan Laut China Selatan.
Komentar tersebut terlontar setelah pemerintahan Presiden AS, Donald Trump meningkatkan dukungannya terhadap kedaulatan Taiwan, termasuk pelayaran kapal perang AS melalui Selat Taiwan.
Sebelumnya pada hari Sabtu (1/6/2019), Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan mengatakan bahwa pihaknya akan lebih 'frontal' terhadap prilaku China di Asia.
Sudah sejak lama Taiwan menjadi isu yang paling sensitif di China. Negeri Tirai Bambu telah melakukan berbagai cara untuk membuat Taiwan kembali ke dalam kekuasaannya. Namun hingga kini masih belum berhasil karena banyaknya penolakan dari Taiwan.
"Bila siapapun berani untuk memisahkan Taiwan dari China, militer China tidak memiliki pilihan selain melawan dengan segala upaya. AS tidak dapat dipisahkan, begitu pula China. China harus, dan akan dipersatukan kembali," ujar Wi Fenghe.
Dalam kondisi perang dagang AS-China yang sudah panas, konflik yang berhujung pada baku tembak seperti ini bukan berita baik. Damai dagang semakin jauh, bahkan lebih berpotensi tereskalasi.
Sementara itu pada hari Kamis (30/5/2019) AS mengumumkan pemberlakuan bea impor 5% pada produk-produk Meksiko mulai 10 Juni 2019. Tidak berhenti di situ, Trump mengatakan bahwa tarif tersebut akan naik menjadi 25% hingga masalah imigran gelap dapat diatasi.
Tidak hanya dengan China, AS juga membuka peluang perang dagang dengan tetangganya, Meksiko. Bahayanya, sebagian besar barang impor yang masuk ke Meksiko berasal dari AS. Tentu saja hal ini membuat proyeksi perekonomian AS menjadi tanda tanya besar.
Peluang perlambatan ekonomi yang semakin parah kian menghantui pelaku pasar.
Dalam kondisi ini, investor akan cenderung mengoleksi emas untuk menghindari kerugian yang besar. Maklum, pergerakan harga emas relatif lebih stabil ketimbang instrumen berisiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/taa) Next Article Emas, How High Can You Fly
Most Popular