Rupiah 'Kesetanan', Yen Sampai Peso Jadi Korban
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2019 15:22

Menurut S&P, Indonesia memang layak mendapatkan 'hadiah' kenaikan rating. Dalam 10 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 4,1%. Jauh di atas negara-negara dengan peringkat utang yang sama yaitu 2,2%.
"Institusi politik dan ekonomi Indonesia secara umum stabil dan relatif tidak ada yang meragukan legitimasinya. Meski pemerintahan Widodo menerapkan kebijakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat jelang Pemilu, tetapi kami meyakini ini hanya sementara. Kami memperkirakan momentum reformasi tetap akan berjalan ketika pemerintahan sudah terbentuk," jelas keterangan S&P.
Sepanjang pemerintahan Jokowi, S&P juga memperkirakan defisit anggaran negara stabil rendah di kisaran 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, beban utang relatif minim.
"Kami memperkirakan rasio utang pemerintah akan bertahan di bawah 30% PDB. Dengan beban utang yang rendah, liabilitas pemerintah juga terbatas," lanjut keterangan S&P.
Keputusan S&P ini membuat rupiah yang awalnya tenang menjadi 'kesetanan'. Rupiah pun meminta korban, mulai dari dolar AS hingga mata uang Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Institusi politik dan ekonomi Indonesia secara umum stabil dan relatif tidak ada yang meragukan legitimasinya. Meski pemerintahan Widodo menerapkan kebijakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat jelang Pemilu, tetapi kami meyakini ini hanya sementara. Kami memperkirakan momentum reformasi tetap akan berjalan ketika pemerintahan sudah terbentuk," jelas keterangan S&P.
Sepanjang pemerintahan Jokowi, S&P juga memperkirakan defisit anggaran negara stabil rendah di kisaran 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, beban utang relatif minim.
Keputusan S&P ini membuat rupiah yang awalnya tenang menjadi 'kesetanan'. Rupiah pun meminta korban, mulai dari dolar AS hingga mata uang Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular