AS-China Perang Dagang, Ini Nasihat Mahathir Mohamad

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
31 May 2019 09:34
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Bin Mohamad memberikan pernyataan terkait perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Foto: Hwee Young/Pool via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Bin Mohamad memberikan pernyataan terkait perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang tensinya kian meninggi dan tak berkesudahan.

Dia bahkan cenderung bersikap diplomatis dan berprasangka baik terkait dengan posisi
Huawei, raksasa teknologi asal China, yang saat ini tengah dituding melakukan spionase negara, terutama oleh AS.

"Apakah Huawei memata-matai Malaysia? Mungkin, tapi mungkin tidak ada yang baru untuk dilihat," kata Mahathir dalam konferensi Future of Asia yang diadakan oleh Nikkei di Tokyo, Kamis pagi (30/5/2019), dilansir dari Business Insider.


Pernyataan itu ia lontarkan ketika menjawab pertanyaan tentang investigasi Malaysia terhadap tuduhan bahwa raksasa teknologi yang bermarkas di Shenzhen, China, itu melakukan kegiatan mata-mata siber.

Terkait dengan perang dagang AS-China, perdana menteri yang pernah menjabat terlama ini (1981-2003), mendesak agar permasalahan antara negara lain, termasuk AS dengan China semestinya bisa diselesaikan melalui negosiasi dan bukan dengan kekerasan.

"Kita masing-masing dan setiap orang [setiap negara] harus membuat pengorbanan," katanya.

Menurut dia, demi terwujudnya tatanan dunia baru, negara-negara harus membawa semua masalah pada diskusi bersama dan bersedia menyerahkan sesuatu untuk situasi yang saling menguntungkan.

"Situasi win-win tidak berarti bahwa kita mendapatkan semua yang kita minta. Itu artinya kita harus mengorbankan sesuatu agar pihak lain juga mau berkorban," tegasnya.

Dia juga menegaskan kembali sikap Malaysia bahwa seharusnya tidak ada kapal perang yang ditempatkan di Laut China Selatan. "Jika mereka [negara lain] akan melewatinya [Laut China Selatan], mereka dipersilakan untuk melakukannya. Tetapi untuk memiliki armada di sini, armada yang sangat agresif di sini, bukanlah sesuatu yang akan menstabilkan daerah tersebut."

"Jadi saya pikir pola pikir kita harus diubah. Kami menganggap diri kami orang yang beradab, tetapi kami menyelesaikan masalah dengan membunuh satu sama lain dan dengan menghancurkan seluruh negara, "tambahnya.

Simak ulasan tren kunjungan wisatawan China ke AS setelah perang dagang.
[Gambas:Video CNBC]



(tas) Next Article Perang Dagang, Ekonomi Malaysia Kuartal I-2019 Melambat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular