
Jelang Libur Lebaran, Rupiah Juara Tiga Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 May 2019 08:28

Sementara dari dalam negeri, sepertinya investor mulai mengukur laju inflasi domestik pada Mei yang relatif terjaga. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi Mei ada di 0,53% month-on-month (MoM) dan 3,165% year-on-year (YoY).
Laju inflasi memang terakselerasi dibandingkan April yang sebesar 0,44% MoM dan 2,83% YoY. Namun dengan bulan Ramadan yang sebagian besar (hampir seluruhnya) jatuh pada Mei, inflasi boleh dibilang terkendali.
Bagi Indonesia, inflasi rendah adalah berkah. Sebab khittah negara berkembang adalah inflasi tinggi karena permintaan masih tumbuh kencang sementara pasokan belum bisa memenuhi. Oleh karena itu, inflasi rendah merupakan pencapaian yang positif karena menjadi pertanda permintaan yang tinggi bisa dipenuhi.
Apakah inflasi rendah merupakan pertanda permintaan lesu? Tampaknya tidak demikian. Sebab inflasi inti pada Mei diperkirakan 3,08% YoY, terakselerasi dibandingkan April yang sebesar 3,05%. Artinya, konsumsi masih kuat yang tercermin dari adanya ekspektasi inflasi.
Dengan inflasi yang rendah, maka nilai mata uang tidak akan terlalu tergerus. Rupiah menjadi punya alasan untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Laju inflasi memang terakselerasi dibandingkan April yang sebesar 0,44% MoM dan 2,83% YoY. Namun dengan bulan Ramadan yang sebagian besar (hampir seluruhnya) jatuh pada Mei, inflasi boleh dibilang terkendali.
Bagi Indonesia, inflasi rendah adalah berkah. Sebab khittah negara berkembang adalah inflasi tinggi karena permintaan masih tumbuh kencang sementara pasokan belum bisa memenuhi. Oleh karena itu, inflasi rendah merupakan pencapaian yang positif karena menjadi pertanda permintaan yang tinggi bisa dipenuhi.
Dengan inflasi yang rendah, maka nilai mata uang tidak akan terlalu tergerus. Rupiah menjadi punya alasan untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular