Wall Street Dibuka Memerah Ikuti Koreksi Pasar Obligasi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 May 2019 00:30
Bursa AS memerah pada Rabu mengikuti koreksi yield di pasar surat utang, yang memicu kekhawatiran seputar resesi ekonomi Negara itu.
Foto: Bursa New York (AP Photo/Richard Drew))
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) memerah pada Rabu (29/5/2019) mengikuti koreksi imbal hasil (yield) di pasar surat utang, yang memicu kekhawatiran seputar prospek ekonomi Negara Adidaya itu di tengah tingginya tensi perang dagang dengan China.

Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) dibuka anjlok 178 poin pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat, atau pukul 20:30 WIB. Dalam 20 menit kemudian, indeks tersebut tertekan kian parah hingga 198 poin (0,77%) ke 25.152,88. Di sisi lain, indeks S&P 500 melemah 0,85% atau 23 poin ke 2.779,92 sedangkan indeks Nasdaq tertekan 0,9% atau 69 poin ke 7.538,81. 


Imbal hasil surat utang pemerintah AS untuk tenor 10 tahun tertekan hingga ke titik terendahnya sejak September 2017 dan diperdagangkan di kisaran 2,22%. Yield surat utang berjatuh tempo 3 bulan di kisaran 2,351%, atau jauh tinggi dari itu. Situasi ini menciptakan inversi kurva yield yang ditafsirkan sebagai sinyal potensi resesi ekonomi.

Saham perbankan anjlok bersamaan dengan turunnya yield tersebut. Citigroup, Bank of America dan J.P. Morgan Chase anjlok lebih dari 1%. 

"Pola yang dominan sangat jelas. Penguatan bursa saham pada April banyak menolong menjaga tren kenaikan. Namun, dengan pola bearish yang terbentuk di banyak area, jika salah satu tertembus maka peluangnya akan ada bearish yang lain," ujar Executive Director Instinet Frank Cappelleri, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Para investor juga memperhatikan rilis Departemen Kehakiman AS, yang dijadwalkan mengumumkan pernyataan terbaru tentang perkembangan penyelidikan keterlibatan Rusia dalam pemilu AS.

Di sisi lain, Washington dan Beijing telah mengenakan tarif untuk produk bernilai miliaran dolar dalam perang dagang. Dalam perkembangan terbaru, China menyatakan akan membatasi ekspor mineral langka, yang banyak dipakai di industri pertahanan dan teknologi AS.

Akibatnya, saham-saham produsen chip kian meluncur dalam. Saham Micron Technology tertekan 1% sedangkan Nvidia anjlok 1,5%. Secara umum, indeks bursa saham AS mencetak koreksi bulanan pertama tahun ini. Indeks Dow Jones dan S&P 500 terkoreksi lebih dari 4%.

"Pasar telah beralih dari berpikir ada peluang 100% kesepakatan dagang, yang kini hanya soal waktu, menjadi berpikir bahwa tidak akan ada kesepakatan sama sekali," ujar pendiri The Opportunistic Trader Larry Benedict.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular