
Seluruh Bursa Saham Asia Melemah, IHSG kok Malah Melejit?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 May 2019 09:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan hari Rabu ini (29/5/2019) dengan penguatan sebesar 0,44% ke level 6.059,53. Pada pukul 09:30 WIB, IHSG memperlebar penguatan menjadi 0,8% ke level 6.081,55.
IHSG melejit kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,22%, indeks Shanghai turun 0,44%, indeks Hang Seng juga turun 0,56%, indeks Straits Times terkoreksi 0,33%, dan indeks Kospi turun 1,36%.
Panasnya bara perang dagang AS-China menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pada hari Senin (27/5/2019), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya saat ini tidak siap untuk meneken kesepakatan dagang dengan China.
"Saya rasa mereka mungkin berharap bahwa mereka meneken kesepakatan dagang yang sudah ada di atas meja sebelum mereka mencoba untuk menegosiasikan ulang," kata Trump, dilansir dari Bloomberg.
"Mereka ingin meneken kesepakatan dagang. Saat ini, kami tidak siap untuk melakukannya." ungkap Trump.
Trump kemudian mengatakan bahwa bea masuk yang dikenakan oleh AS terhadap produk impor asal China dapat dinaikkan dengan sangat signifikan dan mudah.
Sementara itu, kemarin (28/5/2019) seorang pejabat pemerintahan China memberikan pernyataan yang mengindikasikan bahwa China dapat menggunakan dominasinya atas kepemilikan mineral langka sebagai senjata dalam melawan AS, dilansir dari CNBC International. Sebagai informasi, mineral langka merupakan komponen yang sangat penting dalam membuat berbagai macam produk, salah satunya baterai.
Jika perang dagang menjadi semakin tereskalasi, tentu tekanan terhadap perekonomian kedua negara akan semakin besar. Beberapa hari yang lalu, laba perusahaan industri di China periode Januari-April 2019 diumumkan jatuh hingga 3,4% jika dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Di AS, dalam proyeksi terbarunya tertanggal 24 Mei 2019, The Federal Reserve selaku bank sentral memperkirakan perekonomian hanya tumbuh 1,3% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized) pada kuartal II-2019, jauh melambat dibandingkan capaian pada kuartal sebelumnya yang mencapai 3,2%.
Mengingat posisi AS dan China sebagai 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tekanan terhadap perekonomian kedua negara tentu akan membawa dampak negatif bagi laju perekonomian negara-negara lain.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Aksi beli investor asing yang begitu deras menjadi faktor yang membuat IHSG mampu melejit di tengah lesunya bursa saham regional. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 162,1 miliar di pasar reguler.
Sejatinya, kinerja rupiah tak mendukung bagi investor asing untuk masuk ke pasar saham Indonesia. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,31% di pasar spot ke level Rp 14.415/dolar AS.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual menjadi opsi yang paling mungkin diambil.
Tampaknya, investor asing tetap giat masuk ke pasar saham tanah air lantaran sudah melakukan aksi jual yang begitu besar dalam beberapa waktu terakhir.
Dalam 18 hari perdagangan terakhir (3-28 Mei), investor asing tercatat hanya sekali membukukan beli bersih yakni pada tanggal 27. Di luar itu, investor asing selalu membukukan jual bersih.
Aksi jual yang sudah terus-menerus dilakukan tentu membuka ruang bagi investor asing untuk kembali mengoleksi saham-saham di Indonesia.
Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 59,9 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 45,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 24,7 miliar), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 15,7 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 8,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
IHSG melejit kala seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 1,22%, indeks Shanghai turun 0,44%, indeks Hang Seng juga turun 0,56%, indeks Straits Times terkoreksi 0,33%, dan indeks Kospi turun 1,36%.
Panasnya bara perang dagang AS-China menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pada hari Senin (27/5/2019), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya saat ini tidak siap untuk meneken kesepakatan dagang dengan China.
![]() |
"Saya rasa mereka mungkin berharap bahwa mereka meneken kesepakatan dagang yang sudah ada di atas meja sebelum mereka mencoba untuk menegosiasikan ulang," kata Trump, dilansir dari Bloomberg.
"Mereka ingin meneken kesepakatan dagang. Saat ini, kami tidak siap untuk melakukannya." ungkap Trump.
Trump kemudian mengatakan bahwa bea masuk yang dikenakan oleh AS terhadap produk impor asal China dapat dinaikkan dengan sangat signifikan dan mudah.
Sementara itu, kemarin (28/5/2019) seorang pejabat pemerintahan China memberikan pernyataan yang mengindikasikan bahwa China dapat menggunakan dominasinya atas kepemilikan mineral langka sebagai senjata dalam melawan AS, dilansir dari CNBC International. Sebagai informasi, mineral langka merupakan komponen yang sangat penting dalam membuat berbagai macam produk, salah satunya baterai.
Jika perang dagang menjadi semakin tereskalasi, tentu tekanan terhadap perekonomian kedua negara akan semakin besar. Beberapa hari yang lalu, laba perusahaan industri di China periode Januari-April 2019 diumumkan jatuh hingga 3,4% jika dibandingkan dengan capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Di AS, dalam proyeksi terbarunya tertanggal 24 Mei 2019, The Federal Reserve selaku bank sentral memperkirakan perekonomian hanya tumbuh 1,3% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized) pada kuartal II-2019, jauh melambat dibandingkan capaian pada kuartal sebelumnya yang mencapai 3,2%.
Mengingat posisi AS dan China sebagai 2 negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, tekanan terhadap perekonomian kedua negara tentu akan membawa dampak negatif bagi laju perekonomian negara-negara lain.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Aksi beli investor asing yang begitu deras menjadi faktor yang membuat IHSG mampu melejit di tengah lesunya bursa saham regional. Hingga berita ini diturunkan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 162,1 miliar di pasar reguler.
Sejatinya, kinerja rupiah tak mendukung bagi investor asing untuk masuk ke pasar saham Indonesia. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,31% di pasar spot ke level Rp 14.415/dolar AS.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs sehingga aksi jual menjadi opsi yang paling mungkin diambil.
Tampaknya, investor asing tetap giat masuk ke pasar saham tanah air lantaran sudah melakukan aksi jual yang begitu besar dalam beberapa waktu terakhir.
Dalam 18 hari perdagangan terakhir (3-28 Mei), investor asing tercatat hanya sekali membukukan beli bersih yakni pada tanggal 27. Di luar itu, investor asing selalu membukukan jual bersih.
Aksi jual yang sudah terus-menerus dilakukan tentu membuka ruang bagi investor asing untuk kembali mengoleksi saham-saham di Indonesia.
Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 59,9 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 45,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 24,7 miliar), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 15,7 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 8,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular