
Suhu Politik Adem, Rupiah Terkuat di Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 May 2019 08:29

Rupiah berhasil melawan arus penguatan dolar AS yang tidak hanya terjadi di Asia tetapi juga di dunia. Pada pukul 08:11 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,13%.
Dolar AS mulai bangkit karena memang sudah tertekan cukup lama. Sepekan ini, Dollar Index masih terkoreksi 0,33% sementara dalam sebulan terakhir pelemahannya adalah 0,27%.
Koreksi dolar AS ini membuatnya punya tenaga untuk mencatat technical rebound. Dolar AS yang sudah murah menggoda investor untuk kembali mengoleksi mata uang ini sehingga nilainya menguat.
Mengapa rupiah bisa melawan? Sepertinya faktor domestik memainkan peran.
Usai pengumuman hasil Pemilu 2019 yang memenangkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin, gelombang demonstrasi melanda Jakarta. Kelompok massa yang menolak hasil perhitungan suara KPU melakukan demonstrasi yang berpusat di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Sempat terjadi kericuhan di beberapa titik, seperti pembakaran mobil yang terparkir di Asrama Brigade Mobil (Brimob) di Petamburan. Situasi lumayan mencekam kala itu.
Namun memasuki pekan ini, tensi politik menurun. Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno resmi mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Menunggu putusan MK, suhu politik mendingin dan tidak (atau belum) ada lagi pengerahan massa.
Kondisi tenang seperti ini tentu membuat investor tenang. Demokrasi kembali berlangsung tertib sesuai dengan koridor konstitusi. Tinggal menunggu putusan MK dan sepertinya proses tahapan Pemilu 2019 sudah selesai. Indonesia akan segera memiliki pemimpin periode 2019-2024.
Sentimen ini sedikit banyak membantu masuknya arus modal ke pasar keuangan Indonesia. Investor kini bisa tenang menempatkan dana, tidak perlu khawatir terhadap gangguan keamanan.
Dampaknya tentu positif. Rupiah memiliki pasokan 'darah' yang memadai dari arus modal di pasar keuangan sehingga mampu terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Dolar AS mulai bangkit karena memang sudah tertekan cukup lama. Sepekan ini, Dollar Index masih terkoreksi 0,33% sementara dalam sebulan terakhir pelemahannya adalah 0,27%.
Koreksi dolar AS ini membuatnya punya tenaga untuk mencatat technical rebound. Dolar AS yang sudah murah menggoda investor untuk kembali mengoleksi mata uang ini sehingga nilainya menguat.
Mengapa rupiah bisa melawan? Sepertinya faktor domestik memainkan peran.
Usai pengumuman hasil Pemilu 2019 yang memenangkan pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin, gelombang demonstrasi melanda Jakarta. Kelompok massa yang menolak hasil perhitungan suara KPU melakukan demonstrasi yang berpusat di depan Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Sempat terjadi kericuhan di beberapa titik, seperti pembakaran mobil yang terparkir di Asrama Brigade Mobil (Brimob) di Petamburan. Situasi lumayan mencekam kala itu.
Namun memasuki pekan ini, tensi politik menurun. Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno resmi mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Menunggu putusan MK, suhu politik mendingin dan tidak (atau belum) ada lagi pengerahan massa.
Kondisi tenang seperti ini tentu membuat investor tenang. Demokrasi kembali berlangsung tertib sesuai dengan koridor konstitusi. Tinggal menunggu putusan MK dan sepertinya proses tahapan Pemilu 2019 sudah selesai. Indonesia akan segera memiliki pemimpin periode 2019-2024.
Sentimen ini sedikit banyak membantu masuknya arus modal ke pasar keuangan Indonesia. Investor kini bisa tenang menempatkan dana, tidak perlu khawatir terhadap gangguan keamanan.
Dampaknya tentu positif. Rupiah memiliki pasokan 'darah' yang memadai dari arus modal di pasar keuangan sehingga mampu terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular