Mantap, Rupiah 2 Hari Jadi Jawara Asia!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 May 2019 16:43
Mantap, Rupiah 2 Hari Jadi Jawara Asia!
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Seperti kemarin, rupiah menjadi mata uang terbaik di Asia. 

Pada Jumat (24/5/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.385 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,48% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,14%. Namun itu tidak lama, karena rupiah terpeleset dan masuk ke zona merah. Rupiah bertahan lumayan lama di sana. 

Selepas tengah hari, rupiah mulai memperbaiki nasib. Perlahan tetapi pasti, rupiah merangkak dan akhirnya berhasil lepas dari jeratan area depresiasi. 

Jelang penutupan pasar, rupiah mulai menambah kecepatan. Apresiasi mata uang Tanah Air terus menebal dan finis dengan penguatan 0,45%. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 


Saking kencangnya laju penguatan rupiah menjadi yang terbaik di Asia. Seluruh mata uang utama Benua Kuning memang menguat di hadapan dolar AS, tetapi apresiasi rupiah menjadi yang terbaik. 

Kemarin, rupiah juga berhasil menjadi mata uang terkuat di Asia. Pencapaian itu kembali terulang hari ini. Mantap sekali. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:09 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah dkk di Asia berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan. Pada pukul 16:11 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,08%. 

Sepertinya rilis data Purchasing Manager's Index (PMI) benar-benar memukul dolar AS. Perkiraan angka PMI manufaktur AS edisi Mei versi IHS Markit berada di 50,6, turun lumayan jauh dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,6. Angka 50,6 adalah yang terendah sejak September 2009. 

Jika PMI di atas 50, berarti dunia usaha masih optimistis dan ekspansif. Namun optimisme pengusaha di Negeri Adidaya begitu dekat dengan batas bawah. 

Tidak hanya dunia usaha, rumah tangga juga sepertinya menahan diri. Terlihat dari penjualan rumah baru yang pada April tercatat 673.000 unit. Turun 6,9% dibandingkan bulan sebelumnya. 

Ditambah lagi AS tengah terlibat perang dagang dengan China. Impor produk-produk made in China menjadi semakin mahal akibat bea masuk. Akibatnya biaya produksi naik, yang membuat beban dunia usaha melejit.  

The Federal Reserve/The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2019 sebesar 1,2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 3,2% dan periode yang sama pada 2018 yang sebesar 2,2%. 


Prospek perekonomian AS yang suram membuat greenback mulai ditinggalkan. Arus modal meninggalkan AS, bertebaran ke segala penjuru, termasuk ke Indonesia.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular