Utak Atik Pencatatan Minyak Bisa Selamatkan CAD US$ 450 Juta?

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
24 May 2019 16:14
Utak atik pencatatan minyak bisa selamatkan CAD US$ 450 juta
Foto: Menko Perekonomian Darmin Nasution (CNBC Indonesia/Lidya Kembaren)
Jakarta, CNBC Indonesia- Demi memperbaiki komponen Current Account Deficit (CAD), pemerintah mengutak atik pencatatan transaksi minyak yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero). Termasuk yang sedang dipertimbangkan adalah transaksi jual beli minyak di aset-aset Pertamina yang ada di luar negeri.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution memaparkan saat ini Pertamina memiliki beberapa aset blok migas di luar negeri seperi Aljazair, Malaysia, dan lainnya. "Kalau tidak salah angkanya adalah hampir US$ 450 juta setahun," ujar Darmin saat dijumpai di kantornya, Jumat (24/5/2019).



Ia melanjutkan nanti akan ada kesepakatan dengan Badan Pusat Statistik (BPS), sebab transaksi ini dicatat sebagai impor seolah-olah bayar karena ada harganya tapi di sisi lain sebenarnya adalah pendapatan primer.

"Jadi nanti di neraca jasa akan ada bukan hanya nilai impor itu tapi termasuk crude oil-nya bagian Pertamina di luar negeri yang tidak dibawa ke Indonesia, tapi di jual. Nanti angkanya dikirim," jelasnya.

Nanti utak atik ini akan berpengaruh ke neraca pembayaran, terutama neraca jasa. Ini karena hasil perdagangan Pertamina di luar negeri masuk di pendapatan primer dari perdagangan jasa.

Pencatatan dari pendapatan primer perdagangan jasa ini bisa besar sekali di neraca pembayaran, bisa mencapai US$ 2 miliar. "Pasti lebih besar dari angka ekspor impor yang tadi saya bilang sekitar US$ 450 juta, karena dia ekspor ke negara lain."

Satu lagi untuk selamatkan CAD adalah dengan mengambil jatah minyak mentah dari KKKS, Pertamina harus punya kapasitas kilang lebih banyak ketimbang sekarang. Pemerintah sedang mengincar untuk memanfaatkan kilang TPPI yang sempat mati suri karena terbelit utang.

Dengan begini Pertamina akan mengolah lebih banyak dibanding yang lalu, "Saya sempat ceritakan impor solar kita tidak ada lagi. Setelah kita pelajari lebih lanjut, itu nggak besar kapasitasnya Pertamina itu, kecuali kalau nanti TPPI sudah bekerja. Itu pasti dampaknya besar."
(gus) Next Article BI: CAD 2021 di 0,6-1,4% PDB

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular