
Bara Demo 22 Mei Mulai Dingin, IHSG Tancap Gas!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
23 May 2019 09:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,07% ke level 5.944,03, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memperlebar penguatannya seiring dengan berjalannya waktu. Pada pukul 09:38 WIB, IHSG melesat hingga 1,15% ke level 6.007,76.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,89%, indeks Shanghai turun 1%, indeks Hang Seng turun 1,2%, indeks Straits Times turun 0,81%, dan indeks Kospi turun 0,57%.
Rilis risalah rapat (minutes of meeting) oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS menjadi faktor yang membebani kinerja bursa saham Benua kuning. Melalui risalah rapat edisi 30 April-1 Mei, terungkap indikasi bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega tak akan mengubah tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan, dilansir dari CNBC International. Tak mengerek naik, namun juga tak memangkasnya.
"Para anggota melihat bahwa pendekatan yang sabar... kemungkinan akan tetap layak diadopsi untuk beberapa waktu," tulis risalah The Fed yang dirilis pada hari Rabu (22/5/2019), dilansir dari Reuters.
Wajar jika pelaku pasar saham kecewa dengan risalah The Fed tersebut. Pasalnya, di tengah perang dagang AS-China yang terus saja tereskalasi, belum lagi ditambah potensi meletusnya perang dagang AS-Uni Eropa, pemangkasan tingkat suku bunga acuan dianggap menjadi hal yang paling bijak.
Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan oleh perbankan di AS juga akan turun dan menstimulasi rumah tangga serta dunia usaha untuk menarik kredit, yang pada akhirnya akan mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.
Ketika perekonomian AS melaju dengan relatif kencang, tentu perekonomian negara-negara lain, termasuk negara-negara Asia, akan merasakan dampak positifnya.
Namun sayang, pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed ternyata masih sulit dilakukan.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,89%, indeks Shanghai turun 1%, indeks Hang Seng turun 1,2%, indeks Straits Times turun 0,81%, dan indeks Kospi turun 0,57%.
Rilis risalah rapat (minutes of meeting) oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS menjadi faktor yang membebani kinerja bursa saham Benua kuning. Melalui risalah rapat edisi 30 April-1 Mei, terungkap indikasi bahwa Jerome Powell (Gubernur The Fed) dan kolega tak akan mengubah tingkat suku bunga acuan dalam beberapa waktu ke depan, dilansir dari CNBC International. Tak mengerek naik, namun juga tak memangkasnya.
Wajar jika pelaku pasar saham kecewa dengan risalah The Fed tersebut. Pasalnya, di tengah perang dagang AS-China yang terus saja tereskalasi, belum lagi ditambah potensi meletusnya perang dagang AS-Uni Eropa, pemangkasan tingkat suku bunga acuan dianggap menjadi hal yang paling bijak.
Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan oleh perbankan di AS juga akan turun dan menstimulasi rumah tangga serta dunia usaha untuk menarik kredit, yang pada akhirnya akan mendorong perekonomian tumbuh lebih tinggi.
Ketika perekonomian AS melaju dengan relatif kencang, tentu perekonomian negara-negara lain, termasuk negara-negara Asia, akan merasakan dampak positifnya.
Namun sayang, pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed ternyata masih sulit dilakukan.
Next Page
Bara Demo Sudah Mendingin
Pages
Most Popular