Bosan Melemah Terus, Rupiah Jadi Terbaik Kedua Asia Pagi Ini

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 May 2019 08:37
Bosan Melemah Terus, Rupiah Jadi Terbaik Kedua Asia Pagi Ini
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah mampu menguat kala sebagian besar mata uang utama Asia terdepresiasi. 

Pada Kamis (23/5/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.505 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mata uang Tanah Air memang menyimpan energi untuk menguat. Pasalnya, rupiah sudah melemah tiga hari beruntun. Bahkan kemarin rupiah menyentuh titik terendahnya sejak 28 Desember 2018. 

 

Depresiasi rupiah yang sudah lumayan dalam membuatnya berpotensi mengalami technical rebound. Rupiah yang sudah murah menjadi menarik di mata investor sehingga memancing aksi borong. 


Penguatan rupiah menjadi spesial karena sebagian besar mata uang utama Asia melemah di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya dolar Hong Kong dan yen Jepang yang mampu terapresiasi. 

Dengan penguatan 0,1%, rupiah menjadi mata uang terbaik kedua di Benua Kuning. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:15 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Mata uang Asia tertekan karena dolar AS memang sedang perkasa secara global. Pada pukul 08:17 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,06%. 

Dolar AS mendapat kekuatan dari rilis notula rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Dalam rapat tersebut, Jerome 'Jay' Powell dan kolega sepakat untuk tetap bersabar dan belum melihat ada kebutuhan untuk mengubah arah kebijakan suku bunga acuan dalam waktu dekat. 

"Para peserta rapat menilai bahwa pendekatan untuk tetap bersabar masih layak dipertahankan untuk beberapa waktu ke depan. Laju inflasi yang lemah saat ini dinilai oleh sebagian besar peserta sebagai sesuatu yang sementara," tulis notula tersebut. 


Oleh karena itu, peluang penurunan suku bunga acuan belum terlihat. Bagi dolar AS, suku bunga tidak turun saja sudah bagus. Tidak bisa disamakan seperti tahun lalu, di mana Federal Funds Rate naik sampai empat kali. 

Selain itu, investor juga memilih mencari aman dengan mengoleksi dolar AS karena perkembangan hubungan AS-China. Washington berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini paling cepat berlaku sebulan lagi. 

"Untuk sementara belum ada kebijakan baru. Paling tidak sampai 30-45 hari ke depan," tutur Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dikutip dari Reuters. 

Jika AS benar-benar menerapkan bea masuk baru, maka kemungkinan besar China akan membalas. Api perang dagang bakal semakin besar dan membakar perekonomian dunia. 

Namun, bisa saja ancaman bea masuk ini adalah taktik negosiasi AS. Sebab Mnuchin menegaskan AS masih membuka pintu negosiasi dengan China. 

"Saya berharap kami bisa kembali ke meja perundingan. Presiden kedua negara kemungkinan akan bertemu pada akhir Juni (di KTT G20)," ujar Mnuchin. 

Semoga bea masuk US$ 300 miliar itu cuma gertakan AS untuk mendapatkan apa yang mereka mau dalam kesepakatan dagang dengan China. Kalau sampai dieksekusi, maka dampaknya akan luar biasa. 

Namun rupiah berhasil selamat dari amukan dolar AS. Sebenarnya tidak ada sentimen positif yang bisa menopang penguatan rupiah. Sepertinya memang murni karena technical rebound saja. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular