
Kawalan Ketat BI Bikin Rupiah Bisa ke Rp 14.500/US$
Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
23 May 2019 08:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasar spot kemarin. Dolar AS bertahan di kisaran Rp 14.500.
Pada Rabu (22/5/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.520 saat penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Saat pembukaan pasar, rupiah masih mampu menguat tipis 0,07%. Namun itu tidak lama, rupiah tergelincir ke zona merah dan bertahan hingga pasar ditutup.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengatakan pelemahan rupiah memang lebih dominan karena faktor internal seperti pembagian dividen perusahaan.
Ia juga menekankan bahwa tekanan untuk rupiah bukanlah karena demo 22 Mei 2019.
"Sejauh ini sejak pembukaan, tekanan ke kurs rupiah lebih karena genuine demand domestik untuk impor dan repatriasi dividen," kata Nanang, Rabu.
Menurutnya, saat ini memang transaksi di pasar sepi sehingga memang pelemahan rupiah terjadi dikarenakan kebutuhan impor dan repatriasi yang besar saja.
"Kita sedang upayakan menjaga stabilitas kurs rupiah dengan berada di pasar," kata Nanang.
Di setiap kesempatan, Gubernur BI Perry Warjiyo berkali-kali mengatakan akan selalu ada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah agar tidak bergerak terlalu liar. Jadi, dengan kondisi seperti ini, BI akan terus melakukan operasi moneter di pasar agar rupiah selalu berada di dalam nilai fundamentalnya.
(prm) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Pada Rabu (22/5/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.520 saat penutupan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Saat pembukaan pasar, rupiah masih mampu menguat tipis 0,07%. Namun itu tidak lama, rupiah tergelincir ke zona merah dan bertahan hingga pasar ditutup.
Ia juga menekankan bahwa tekanan untuk rupiah bukanlah karena demo 22 Mei 2019.
"Sejauh ini sejak pembukaan, tekanan ke kurs rupiah lebih karena genuine demand domestik untuk impor dan repatriasi dividen," kata Nanang, Rabu.
Menurutnya, saat ini memang transaksi di pasar sepi sehingga memang pelemahan rupiah terjadi dikarenakan kebutuhan impor dan repatriasi yang besar saja.
"Kita sedang upayakan menjaga stabilitas kurs rupiah dengan berada di pasar," kata Nanang.
Di setiap kesempatan, Gubernur BI Perry Warjiyo berkali-kali mengatakan akan selalu ada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah agar tidak bergerak terlalu liar. Jadi, dengan kondisi seperti ini, BI akan terus melakukan operasi moneter di pasar agar rupiah selalu berada di dalam nilai fundamentalnya.
(prm) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular