Demonstrasi Bentrok, Harga Obligasi Masih Rontok

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 May 2019 18:48
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi setelah berfluktuasi hebat hari ini.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi setelah berfluktuasi hebat hari ini.  

Fluktuasi terjadi ketika kondisi keamanan diuji oleh demonstrasi dan bentrokan di sekitar kantor Bawaslu hari ini, terkait dengan ketidakpuasan sebagian masyarakat terhadap hasil pemilu. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
 

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
 

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 2,7 basis poin (bps) menjadi 7,59%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

   
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Mei'19
SeriJatuh tempoYield 21 Mei'19 (%)Yield 22 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 22 Mei'19
FR00775 tahun7.5667.5932.707.5857
FR007810 tahun8.0918.087-0.408.0799
FR006815 tahun8.5798.5860.708.5458
FR007920 tahun8.6218.6391.808.6252
Avg movement1.20
Sumber: Refinitiv  


Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru menguat.  

Indeks tersebut naik 0,08 poin (0,03%) menjadi 242,79 dari posisi kemarin 242,71. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 565 bps, menyempit dari posisi kemarin 567 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,43% dari posisi kemarin 2,41%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi tenor 3 bulan-10 tahun yang sempat terjadi lagi sepekan terakhir mulai menghilang.  

Inversi kedua tenor adalah indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

   
Yield US Treasury Acuan 22 Mei'2019
SeriBenchmarkYield 21 Mei'19 (%)Yield 22 Mei'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.3932.3843 bulan-5 tahun15.8
UST 20202 Tahun2.2582.2522 tahun-5 tahun2.6
UST 20213 Tahun2.2012.1993 tahun-5 tahun-2.7
UST 20235 Tahun2.2282.2263 bulan-10 tahun-4.6
UST 202810 Tahun2.4262.432 tahun-10 tahun-17.8
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 949,69 triliun SBN, atau 38,18% dari total beredar Rp 2.487 triliun berdasarkan data per 21 Mei.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 56,44 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Meskipun demikian, arus dana asing yang keluar dari pasar SUN sepanjang Mei sudah mencapai Rp 12,88 triliun. 

Koreksi di pasar SUN hari ini juga di pasar ekuitas yang turun 0,2%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami banyak negara yaitu di Brasil, India, Rusia, Thailand, dan Afsel. 

Di negara maju, penguatan juga terjadi secara luas yaitu di pasar bund Jerman, pasar OAT Perancis, dan pasar gilt Inggris.

  
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 21 Mei'19 (%)Yield 22 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.018.81-20.00
China3.3083.3170.90
Jerman-0.059-0.066-0.70
Perancis0.3280.324-0.40
Inggris1.0841.046-3.80
India7.3047.28-2.40
Jepang-0.053-0.0480.50
Malaysia3.8013.8191.80
Filipina5.8275.8310.40
Rusia8.017.88-13.00
Singapura2.1742.1861.20
Thailand2.472.46-1.00
Amerika Serikat2.4262.430.40
Afrika Selatan8.448.41-3.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA

Saksikan Video Korporasi Berencana Rilis Surat Utang Senilai Rp 25,09 T

[Gambas:Video CNBC]


(irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular