
Gandeng 2 Perusahaan China, Antam Serius Produksi Baterai
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
21 May 2019 09:28

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan menandatangi kesepakatan awal (Head of Agreement/HOA) dengan dua perusahaan asal China, dalam rangka menggencarkan proyek hilirisasi.
Dua perusahaan tersebut yakni Zhejiang Huayou Cobalt Company dan Shandong Xinhai.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo menjelaskan, kesepakatan pertama dengan pemasok kobalt swasta Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd untuk memproses nikel untuk katoda, yang digunakan sebagai salah satu bahan untuk baterai kendaraan listrik (EV). Diperkirakan, kerja sama ini akan membutuhkan investasi sekitar US$ 6 miliar-US$ 12 miliar.
Lebih lanjut, Arie mengatakan, dalam kerja sama ini, Inalum juga akan bergabung dalam proyek tersebut, begitu pula dengan Pertamina, yang nantinya akan memproses katoda menjadi baterai EV.
"Proyek ini [dengan Huayou] bertujuan untuk menghasilkan nikel kelas satu yang digunakan untuk baterai EV. Kami berharap menandatangani HoA dengan perusahaan China bulan ini dan kemudian diikuti dengan perjanjian usaha patungan tiga bulan setelah itu," kata Arie ketika dijumpai di Jakarta, Senin (20/5/2019) malam.
Nantinya, tiga bulan setelah dilaksanakannya penandatanganan HoA, perusahaan berharap dapat segera menandatangi perjanjian join venture.
Untuk lokasi pabrik yang akan memproses bijih nikel menjadi katoda tersebut, Arie mengatakan kemungkinan akan ditempatkan di dekat dua tambang Antam di Tanjung Buli, Halmahera Timur dan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, dua lokasi dipilih karena berdekatan dengan sumber daya mineral mereka.
"Karenanya akan ada dua pabrik di Tanjung Buli dan Konawe Utara. Lokasi yang tepat belum ditemukan, tetapi kami kemungkinan akan membangunnya di kedua area tersebut," ujar Arie.
Sementara itu, untuk kesepakatan kedua, yakni dengan Shandong Xinhai, dalam proyek feronikel di Pulau Gag, Papua. Proyek ini diprediksk akan membutuhkan investasi sekitar US$ 1,2 miliar.
Arie menyampaikan, proyek ini memiliki kapasitas produksi yang direncanakan sekitar 40.000 ton feronikel dan 600.000 stainless steel.
Ia menambahkan, aspek logistik menjadi penilaian penting utama untuk menyimpulkan lokasi akhir.
Dalam kesepakatan kedua, Arie juga mengatakan, Shandong Xinhai telah setuju untuk membiarkan Antam menjadi pemilik mayoritas di proyek hilir dan hulu.
Selain itu, Antam juga tengah menjajaki kerja sama dengan BUMN China, yaitu China Minmetals untuk mengembangkan pertambangan emas di Papua, dekat lokasi penambangan Freeport, Antam juga menawarkan kerja sama dalam proyek-proyek alumina dan bauksit.
(hps) Next Article Saham ANTM Nyungsep Berhari-hari Hingga ARB, Karena Ini?
Dua perusahaan tersebut yakni Zhejiang Huayou Cobalt Company dan Shandong Xinhai.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo menjelaskan, kesepakatan pertama dengan pemasok kobalt swasta Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd untuk memproses nikel untuk katoda, yang digunakan sebagai salah satu bahan untuk baterai kendaraan listrik (EV). Diperkirakan, kerja sama ini akan membutuhkan investasi sekitar US$ 6 miliar-US$ 12 miliar.
"Proyek ini [dengan Huayou] bertujuan untuk menghasilkan nikel kelas satu yang digunakan untuk baterai EV. Kami berharap menandatangani HoA dengan perusahaan China bulan ini dan kemudian diikuti dengan perjanjian usaha patungan tiga bulan setelah itu," kata Arie ketika dijumpai di Jakarta, Senin (20/5/2019) malam.
Nantinya, tiga bulan setelah dilaksanakannya penandatanganan HoA, perusahaan berharap dapat segera menandatangi perjanjian join venture.
Untuk lokasi pabrik yang akan memproses bijih nikel menjadi katoda tersebut, Arie mengatakan kemungkinan akan ditempatkan di dekat dua tambang Antam di Tanjung Buli, Halmahera Timur dan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, dua lokasi dipilih karena berdekatan dengan sumber daya mineral mereka.
"Karenanya akan ada dua pabrik di Tanjung Buli dan Konawe Utara. Lokasi yang tepat belum ditemukan, tetapi kami kemungkinan akan membangunnya di kedua area tersebut," ujar Arie.
Sementara itu, untuk kesepakatan kedua, yakni dengan Shandong Xinhai, dalam proyek feronikel di Pulau Gag, Papua. Proyek ini diprediksk akan membutuhkan investasi sekitar US$ 1,2 miliar.
Arie menyampaikan, proyek ini memiliki kapasitas produksi yang direncanakan sekitar 40.000 ton feronikel dan 600.000 stainless steel.
Ia menambahkan, aspek logistik menjadi penilaian penting utama untuk menyimpulkan lokasi akhir.
Dalam kesepakatan kedua, Arie juga mengatakan, Shandong Xinhai telah setuju untuk membiarkan Antam menjadi pemilik mayoritas di proyek hilir dan hulu.
Selain itu, Antam juga tengah menjajaki kerja sama dengan BUMN China, yaitu China Minmetals untuk mengembangkan pertambangan emas di Papua, dekat lokasi penambangan Freeport, Antam juga menawarkan kerja sama dalam proyek-proyek alumina dan bauksit.
(hps) Next Article Saham ANTM Nyungsep Berhari-hari Hingga ARB, Karena Ini?
Most Popular