Masih Ada 22 Mei, Rupiah Belum Rasakan Jokowi Effect

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 May 2019 08:25
Padahal ada sentimen positif yaitu pengumuman hasil Pemilu 2019.
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih belum bergerak di perdagangan pasar spot hari ini. Padahal ada sentimen positif yaitu pengumuman hasil Pemilu 2019. 

Pada Selasa (21/5/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.450 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.

Padahal tanda-tanda penguatan rupiah sudah tergambar di perdagangan pasar Non-Deliverable Forwards (NDF). Berikut kurs dolar AS terhadap rupiah di pasar tersebut:

PeriodeKurs 20 Mei (15:58 WIB)Kurs 21 Mei (08:10 WIB)
1 PekanRp 14.528,9Rp 14.474,3
1 BulanRp 14.622,4Rp 14.564,6
2 BulanRp 14.703,8Rp 14.643,1
3 BulanRp 14.797,4Rp 14.742,3
6 BulanRp 15.019.9Rp 14.962,1
9 BulanRp 15.227,9Rp 15.172,3
1 TahunRp 15.422,4Rp 15.389,8
2 TahunRp 16.106Rp 16.081
 
Namun apresiasi rupiah di pasar NDF belum menular ke pasar spot. Rupiah masih belum bisa mentas dan menyeberang ke zona hijau. 

Sentimen positif bagi rupiah hari ini bisa datang dari faktor domestik, yaitu kejelasan hasil Pemilu 2019. Rapat pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin sebagai pemenang pilpres 2019 dengan perolehan suara 55,48%. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraup 44,52%. 


Kembalinya Jokowi ke kursi RI-1 membuat pelaku pasar boleh merasa lega. Pasalnya satu ketidakpastian bisa terhapus. Kebijakan pemerintah dalam lima tahun ke depan kemungkinan tidak ada perubahan signifikan, hanya ada penguatan. 

Jokowi pun bisa fokus membenahi masalah struktural dalam perekonomian nasional, yaitu defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Eks Wali Kota Surakarta itu sudah beberapa kali menggarisbawahi dan berupaya membenahi masalah ini hingga ke level sidang kabinet. 

Berlanjutnya reformasi struktural di bawah komando Jokowi bisa menjadi harapan bagi penguatan rupiah ke depan. Jika upaya Jokowi sukses menurunkan defisit transaksi berjalan, maka rupiah akan punya fondasi yang lebih kuat karena ditopang oleh devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang mumpuni.


Akan tetapi, sentimen ini belum dirasakan oleh rupiah yang masih stagnan saja. Bisa jadi investor masih memantau dinamika politik usai pengumuman KPU. 

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga menolak hasil rekapitulasi suara tersebut. Kubu 02 menilai pilpres penuh dengan kecurangan sehingga legalitasnya dipertanyakan. 

Oleh karena itu, aksi massa pada 22 Mei masih terjadwal. Risiko keamanan masih cukup tinggi, sehingga mungkin menjadi perhatian investor. 

Pesta rupiah pun tertunda. Untuk saat ini, Jokowi Effect belum bisa dinikmati oleh mata uang Tanah Air karena dihantui oleh 22 Mei.



TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular