Top! Pekan Lalu Anjlok 6%, Sesi I IHSG Bertahan di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 May 2019 12:33
Sudah Terkoreksi Begitu Dalam
Foto: Oppo Stock In Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Koreksi dalam yang dialami IHSG sepanjang pekan lalu telah membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli pada hari ini. Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok hingga 6,16%, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.

Saham-saham bluechip yang sudah banyak dilego investor pada pekan lalu kini menjadi incaran dalam melakukan aksi beli.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong penguatan IHSG per akhir sesi 1 di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,64%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,56%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,16%), dan PT Astra International Tbk/ASII (+1,49%).

Sepanjang pekan lalu, selain panasnya bara perang dagang AS-China, sentimen dari dalam negeri juga membebani kinerja IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor Indonesia ambruk hingga 13,1% secara tahunan pada bulan April, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi sebesar 6,2% saja. Sementara itu, impor melemah sebesar 6,58%, lebih baik dibandingkan konsensus yang memperkirakan kejatuhan sebesar 11,36%.

Alhasil, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar, jauh lebih besar dibandingkan konsensus yang hanya sebesar US$ 497 juta.  Defisit pada bulan April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir. Pada bulan Februari, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, sementara surplus pada bulan Maret adalah senilai US$ 540 juta.

Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada bulan April merupakan terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.

Masih dari dalam negeri, kinerja IHSG dibebani oleh pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) periode Mei 2019. Mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 6%, bank sentral merevisi proyeksinya atas defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) periode 2019.

Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB. (ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular