Top! Pekan Lalu Anjlok 6%, Sesi I IHSG Bertahan di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 May 2019 12:33
Top! Pekan Lalu Anjlok 6%, Sesi I IHSG Bertahan di Zona Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pertama di pekan ini dengan koreksi sebesar 0,08% ke level 5.822,47. IHSG kemudian memperlebar kekalahannya ke level 5.767,40 (-1,02% dibandingkan penutupan perdagangan hari Jumat, 17/5/2019).

Namun per akhir sesi 1, IHSG sudah bisa membalikkan keadaan. IHSG menguat 0,68% ke level 5.866,42.

IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi: indeks Nikkei naik 0,44%, indeks Kospi menguat 0,47%, indeks Shanghai terkoreksi 0,59%, dan indeks Hang Seng jatuh 0,43%.

Sentimen yang menyelimuti perdagangan hari ini bisa dibilang tak menguntungkan bagi pasar saham. Beberapa sumber mengatakan bahwa diskusi untuk mempersiapkan dialog dagang lanjutan antara AS dan China telah dihentikan, seiring dengan serangan yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump kepada perusahaan telekomunikasi asal China, salah satunya Huawei, seperti dilansir dari CNBC International.

Seperti yang diketahui, pada pekan lalu Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.

Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".

Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.

China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.

"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis (16/5/2019), dikutip dari CNBC International.

Perkembangan terbaru, Induk usaha Google yakni Alphabet telah menghentikan sementara beberapa kegiatan bisnisnya dengan Huawei yang memerlukan pengalihan perangkat keras, piranti lunak, dan layanan teknis kecuali yang tersedia secara publik melalui lisensi open source, kata seorang sumber yang mengetahui hal itu kepada Reuters, Minggu (19/5/2019).

Langkah Alphabet itu berpotensi mengguncang bisnis ponsel pintar Huawei di luar China karena perusahaan akan kehilangan akses atas pembaruan sistem operasi Google, Android. Versi selanjutnya dari berbagai ponsel pintar Huawei juga tidak akan memiliki akses ke layanan-layanan populer, seperti aplikasi Google Play Store, Gmail, dan YouTube.

"Huawei hanya akan bisa menggunakan versi publik dari Android dan tidak akan mendapat akses untuk aplikasi dan layanan yang merupakan hak cipta Google," kata sumber itu, dilansir dari Reuters.
Koreksi dalam yang dialami IHSG sepanjang pekan lalu telah membuka ruang bagi investor untuk melakukan aksi beli pada hari ini. Sepanjang pekan lalu, IHSG anjlok hingga 6,16%, menjadikannya indeks saham dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.

Saham-saham bluechip yang sudah banyak dilego investor pada pekan lalu kini menjadi incaran dalam melakukan aksi beli.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong penguatan IHSG per akhir sesi 1 di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,64%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,56%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,16%), dan PT Astra International Tbk/ASII (+1,49%).

Sepanjang pekan lalu, selain panasnya bara perang dagang AS-China, sentimen dari dalam negeri juga membebani kinerja IHSG. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor Indonesia ambruk hingga 13,1% secara tahunan pada bulan April, lebih dalam dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi sebesar 6,2% saja. Sementara itu, impor melemah sebesar 6,58%, lebih baik dibandingkan konsensus yang memperkirakan kejatuhan sebesar 11,36%.

Alhasil, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar, jauh lebih besar dibandingkan konsensus yang hanya sebesar US$ 497 juta.  Defisit pada bulan April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir. Pada bulan Februari, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, sementara surplus pada bulan Maret adalah senilai US$ 540 juta.

Berdasarkan data Refinitiv, defisit pada bulan April merupakan terparah atau terdalam sepanjang sejarah Indonesia. Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.

Masih dari dalam negeri, kinerja IHSG dibebani oleh pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) periode Mei 2019. Mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 6%, bank sentral merevisi proyeksinya atas defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) periode 2019.

Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB. Sejatinya, kinerja IHSG bisa lebih oke lagi jika investor asing tak melakukan aksi jual. Pasca membukukan jual bersih senilai Rp 3,04 triliun di pasar saham tanah air sepanjang pekan lalu, pada perdagangan hari ini investor asing kembali membukukan jual bersih, yakni senilai Rp 306,9 miliar.

Aksi jual terus dilakukan investor asing lantaran ada kekhawatiran yang menyelimuti terkait dengan pengumuman hasil pemilihan presiden (pilpres) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Mei mendatang.

Sebelumnya, apparat kepolisian sudah menangkap sebanyak 29 teroris yang diduga akan melancarkan serangan pada tanggal 22 Mei. Penangkapan dilakukan langsung oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Menyusul tertangkapnya terduga teroris tersebut, Polri meminta masyarakat tidak melakukan aksi turun ke jalan pada tanggal 22 Mei untuk mengantisipasi tindakan teror.

"Saya selaku Kepala Divisi Humas juga sebagai juru bicara menyampaikan bahwa pada tanggal 22 Mei masyarakat kami imbau tidak turun. Ini akan membahayakan, karena mereka akan menyerang semua massa termasuk aparat," kata Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal di Mabes Polri pada hari Jumat (17/5/2019), dilansir dari detikcom.

Iqbal mengatakan, jika ada serangan teroris di hari tersebut bukan tak mungkin akan jatuh banyak korban. Polisi juga tak memungkiri masih ada potensi serangan meski sudah ada yang ditangkap.

Saham-saham yang banyak dilego investor asing per akhir sesi 1 di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 181,7 miliar), PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 42,1 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 30,9 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 20 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 16 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular