Voltron, Eh BI: Defender of Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 May 2019 08:38
Hari Ini Tak Akan Mudah Buat BI
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi gerak rupiah hari ini. Pertama adalah perkembangan harga minyak dunia. Pada pukul 08:21 WIB, harga minyak jenis brent melesat 1,45% sementara light sweet melejit 1,37%. 

Tensi geopolitik Timur Tengah yang memanas membuat harga minyak bergerak naik. Gontok-gontokan Arab Saudi cs versus Iran belum mereda, di mana masing-masing pihak sudah siap jika sampai terjadi konflik bersenjata alias perang. 

"Kerajaan Arab Saudi tidak ingin ada perang di kawasan ini, dan tidak ingin mencari perang. Kami akan melakukan sebisa mungkin untuk mencegah perang. Namun pada saat yang sama, Kerajaan akan merespons dengan segenap kekuatan serta melindungi diri dan kepentingannya," jelas Adel Al Jubeir, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, dikutip dari Reuters. 

Pernyataan senada dikemukakan oleh Teheran. Mayor Jenderal Hossein Salami, Komandan Korps Penjaga Revolusi Islam Iran, menegaskan pihaknya tidak mencari perang tetapi tidak takut kalau itu sampai terjadi (amit-amit). 

Ketegangan di Timur Tengah dikhawatirkan bisa mempengaruhi harga minyak. Konflik (kalau berkepanjangan) bisa membuat pasokan si emas hitam dari kawasan tersebut terhambat. Timur Tengah adalah daerah penghasil minyak terbesar di dunia, sehingga saat pasokan dari sana berkurang maka harga bisa naik cukup signifikan. 

Jika tren ini berlanjut, maka bisa menjadi alamat jelek buat rupiah. Pasalnya, kenaikan harga minyak akan membuat biaya impor komoditas ini semakin mahal. Padahal Indonesia mau tidak mau harus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi yang belum juga memadai. 

Artinya, akan ada tekanan bagi neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Ini bukan berita baik buat rupiah dan aset-aset berbasis mata uang Tanah Air. 

Kedua, investor sepertinya masih wait and see jelang pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei mendatang. Semakin dekat ke Hari H, situasi bukannya tenang tetapi malah semakin gaduh.  

Kubu pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus menyuarakan dalam Pemilu sehingga hasilnya tidak sah. Artinya, ada delegitimasi atas keputusan KPU.

 
Rencana aksi massa besar-besaran pada 22 Mei pun kian santer terdengar. Bahkan kepolisian mengendus upaya teror yang akan menunggangi aksi tersebut. 


Menuju 22 Mei, pelaku pasar sepertinya memilih untuk menunggu terlebih dulu. Ada kemungkinan investor menunda rencana masuk ke pasar keuangan Indonesia sebelum situasi agak tenang.

Dua sentimen tersebut menjadi tantangan bagi BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Bukan tugas yang ringan, dan tentu butuh biaya yang tidak sedikit. Cadangan devisa menjadi taruhannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular