
Wah! Rupiah Menguat Nyaris Sendirian di Asia, Apa Rahasianya?
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 May 2019 12:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Cenderung ditransaksikan melemah sepanjang hari, rupiah pada akhirnya bisa membalikkan keadaan. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah membukukan penguatan sebesar 0,03% di pasar spot ke level Rp 14.440/dolar AS.
Rupiah nyaris menguat sendirian di Asia. Dari 11 mata uang negara Asia yang pergerakannya kami pantau, tercatat hanya rupiah dan yen yang mampu menaklukkan greenback, sementara sisanya melemah.
Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat dolar AS selaku safe haven laris manis. Pada Kamis malam (16/5/2019) waktu setempat, media milik pemerintah China mengatakan, Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.
Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi dengan Xinhua News Agency dan People's Daily yang merupakan media milik pemerintah China.
Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan "trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana". Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International.
Rupiah nyaris menguat sendirian di Asia. Dari 11 mata uang negara Asia yang pergerakannya kami pantau, tercatat hanya rupiah dan yen yang mampu menaklukkan greenback, sementara sisanya melemah.
Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi dengan Xinhua News Agency dan People's Daily yang merupakan media milik pemerintah China.
Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan "trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana". Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International.
Next Page
Campur Tangan Bank Indonesia
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular