
China Ogah Negosiasi dengan AS, IHSG Tekapar Lagi
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 May 2019 12:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca sudah anjlok 1,42% pada perdagangan kemarin (16/5/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih diterpa tekanan jual pada hari ini. Per akhir sesi 1, IHSG melemah 0,41% ke level 5.871,61.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong koreksi IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,14%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,39%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,36%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,49%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,53%).
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai anjlok 1,46%, indeks Hang Seng melemah 0,77%, dan indeks Straits Times turun 0,74%.
Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Pada Kamis malam, media milik pemerintah China mengatakan bahwa Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.
Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi oleh Xinhua News Agency dan People's Daily yang merupakan media milik pemerintah China.
Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan "trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana". Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International. Investor asing memegang peranan yang besar dalam membuat IHSG kembali terkapar. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 338,3 miliar di pasar saham tanah air, pasca pada perdagangan kemarin sudah membukukan jual bersih senilai Rp 687,6 miliar.
Pelemahan rupiah menjadi momok bagi investor asing. Walaupun menguat 0,03% di pasar spot hingga siang hari ini ke level Rp 14.440/dolar AS, rupiah cenderung ditransaksikan melemah sepanjang hari.
Kedepannya, prospek rupiah juga masih tak menarik. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksinya atas defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) periode 2019. Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan 2019 juga diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5-3,0% PDB, meskipun tidak serendah prakiraan semula," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (16/5/2019).
Perlambatan ekonomi global hingga perang dagang menjadi faktor yang memaksa BI merevisi proyeksi CAD untuk tahun 2019.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual terus dilakukan di pasar saham tanah air.
Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 153,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 57,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 51,2 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 33,9 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 12,5 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong koreksi IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,14%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-1,39%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,36%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,49%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,53%).
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai anjlok 1,46%, indeks Hang Seng melemah 0,77%, dan indeks Straits Times turun 0,74%.
Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi oleh Xinhua News Agency dan People's Daily yang merupakan media milik pemerintah China.
Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan "trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana". Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International. Investor asing memegang peranan yang besar dalam membuat IHSG kembali terkapar. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 338,3 miliar di pasar saham tanah air, pasca pada perdagangan kemarin sudah membukukan jual bersih senilai Rp 687,6 miliar.
Pelemahan rupiah menjadi momok bagi investor asing. Walaupun menguat 0,03% di pasar spot hingga siang hari ini ke level Rp 14.440/dolar AS, rupiah cenderung ditransaksikan melemah sepanjang hari.
Kedepannya, prospek rupiah juga masih tak menarik. Kemarin, Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksinya atas defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) periode 2019. Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan 2019 juga diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5-3,0% PDB, meskipun tidak serendah prakiraan semula," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (16/5/2019).
Perlambatan ekonomi global hingga perang dagang menjadi faktor yang memaksa BI merevisi proyeksi CAD untuk tahun 2019.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual terus dilakukan di pasar saham tanah air.
Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 153,2 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 57,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 51,2 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 33,9 miliar), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 12,5 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular