
Duh! Harapan Palsu Lagi, IHSG Dibuka Hijau Sekejap Jadi Merah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 May 2019 09:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,59% ke level 5.930,27, tak butuh waktu lama bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk berbalik arah ke zona merah. Pada pukul 09:22 WIB, IHSG ditransaksikan melemah 0,32% ke level 5.876,91.
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,59%, indeks Hang Seng turun 0,1%, dan indeks Straits Times turun 0,39%.
Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat, melalui sebuah perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International.
Sejatinya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah mencoba meredakan tensi. Mnuchin mengungkapkan bahwa dirinya mengagendakan lawatan ke Beijing untuk melanjutkan dialog dagang, meski belum disebut kapan waktu pelaksanaannya.
"Harapan saya adalah kami akan pergi ke Beijing dalam waktu dekat untuk melanjutkan diskusi. Masih banyak hal yang perlu dikerjakan," katanya, dikutip dari Reuters.
Mnuchin menyebut bahwa pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada pekan lalu di Washington berjalan konstruktif. Oleh karena itu, pihaknya masih berkenan melanjutkan dialog dengan Negeri Tirai Bambu.
Namun, kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan tereskalasi tetaplah lebih besar dan menjadi faktor yang menentukan kinerja bursa saham regional. Rupiah yang masih loyo ikut memantik aksi jual atas saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,1% di pasar spot ke level Rp 14.460/dolar AS.
Kinclongnya data ekonomi AS membuat dolar AS menjadi buruan investor. Kemarin, pembangunan hunian baru periode April 2019 diumumkan sejumlah 1,24 juta unit, mengalahkan konsensus yang sejumlah 1,21 juta unit, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada tanggal 11 Mei diumumkan sebanyak 212.000, lebih baik dari konsensus yang sebanyak 220.000, dilansir dari Forex Factory.
Dengan data ekonomi yang kinclong, urgensi bagi The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi berkurang. Praktis, dolar AS menjadi mendapatkan suntikan energi untuk menguat.
Pelemahan rupiah mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Pasca kemarin membukukan jual bersih senilai Rp 687,6 miliar, pada pagi hari ini investor asing kembali membukukan jual bersih yakni senilai Rp 43,4 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai turun 0,59%, indeks Hang Seng turun 0,1%, dan indeks Straits Times turun 0,39%.
Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat, melalui sebuah perintah eksekutif Presiden AS Donald Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS.
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International.
Sejatinya, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah mencoba meredakan tensi. Mnuchin mengungkapkan bahwa dirinya mengagendakan lawatan ke Beijing untuk melanjutkan dialog dagang, meski belum disebut kapan waktu pelaksanaannya.
"Harapan saya adalah kami akan pergi ke Beijing dalam waktu dekat untuk melanjutkan diskusi. Masih banyak hal yang perlu dikerjakan," katanya, dikutip dari Reuters.
Mnuchin menyebut bahwa pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada pekan lalu di Washington berjalan konstruktif. Oleh karena itu, pihaknya masih berkenan melanjutkan dialog dengan Negeri Tirai Bambu.
Namun, kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China akan tereskalasi tetaplah lebih besar dan menjadi faktor yang menentukan kinerja bursa saham regional. Rupiah yang masih loyo ikut memantik aksi jual atas saham-saham di tanah air. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,1% di pasar spot ke level Rp 14.460/dolar AS.
Kinclongnya data ekonomi AS membuat dolar AS menjadi buruan investor. Kemarin, pembangunan hunian baru periode April 2019 diumumkan sejumlah 1,24 juta unit, mengalahkan konsensus yang sejumlah 1,21 juta unit, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada tanggal 11 Mei diumumkan sebanyak 212.000, lebih baik dari konsensus yang sebanyak 220.000, dilansir dari Forex Factory.
Dengan data ekonomi yang kinclong, urgensi bagi The Federal Reserve selaku bank sentral AS untuk memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi berkurang. Praktis, dolar AS menjadi mendapatkan suntikan energi untuk menguat.
Pelemahan rupiah mendorong investor asing untuk melakukan aksi jual di pasar saham tanah air. Pasca kemarin membukukan jual bersih senilai Rp 687,6 miliar, pada pagi hari ini investor asing kembali membukukan jual bersih yakni senilai Rp 43,4 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular