BI Intervensi, Rupiah Akhirnya Menguat Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 May 2019 17:49
BI Intervensi, Rupiah Akhirnya Menguat Tipis
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berakhir menguat tipis pada perdagangan Kamis (16/5/19) setelah Bank Indonesia (BI) yang menyatakan akan tetap menjaga nilai tukar.

Sepanjang perdagangan hari ini rupiah cenderung bergerak kalem, dan menguat dan melemah silih berganti namun tidak terlalu besar.

Rupiah mengakhiri perdagangan di level Rp 14.445 atau menguat 0,07%, melansir data dari Refinitiv. Dibandingkan mata uang Asia lainnya, rupiah juga masih mempertahankan posisi nomer tiga terbaik, kalah dari rupee India dan ringgit Malaysia.

Mata Uang Perubahan (%)
USD/INR-0.27
USD/MYR-0.24
USD/IDR-0.07
USD/JPY-0.02
USD/HKD0
USD/SGD0.03
USD/CNY0.07
USD/KRW0.18
USD/TWD0.23
USD/THB0.25
USD/PHP0.34

Dalam pengumuman kebijakan moneter hari ini, BI tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Day Repo Rate di level 6%, sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun Reuters. Suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility juga ditahan masing-masing sebesar 5,25% dan 6,75%.

BI juga menargetkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) di tahun ini sebesar 2,5% - 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang dikatakan sebagai level aman.

Ada pernyataan sedikit berbeda dari BI dibandingkan sebelumnya terkait CAD. Jika sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan akan mengupayakan CAD ke arah 2,5%, kini BI memberikan range CAD 2,5% - 3,0%.  

Data terakhir menunjukkan CAD sudah berada di level aman yakni 2,6%, yang berada di level aman. Namun defisit neraca perdagangan di bulan April yang terbesar sepanjang sejarah tentunya dapat membuat CAD membengkak lagi di kuartal-II 2019.

Data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit di bulan April, setelah sebelumnya membukukan surplus. Tidak tanggung-tanggung, defisit tersebut sebesar US$ 2,5 miliar. Sebelum ini defisit terburuk tercatat sebesar US$ 2,3 miliar yang dibukukan pada bulan Juli 2013.

Gubernur Perry juga menyatakan Bank Indonesia selalu menjaga nilai tukar rupiah dengan melakukan intervensi. Hal tersebut merujuk pada pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini, bahkan hingga mendekati level terlemah 2019 Rp 14.485 yang dibentuk pada 3 Januari lalu.



Pelemahan rupiah belakangan ini dikatakan akibat dinamika global yang terjadi, khususnya eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.

"Seluruh dunia tidak bisa menafikkan perlambatan ekonomi global, perang dagang, yang berdampak ke seluruh dunia baik dari trade, financial. Itu sekaligus menjawab kenapa kami melakukan revisi terhadap CAD", kata Perry saat melalukan konferensi pers.
Sentimen pasar sempat pulih merespon perang dagang dianggap mulai mereda sejak Selasa (14/5/19) kemarin, setelah sikap Presiden AS Donald Trump melunak.

"Kami memiliki sebuah dialog yang sedang berlangsung. Itu akan terus berlanjut," papar Trump di hadapan reporter pada hari hari Selasa (14/5/2019) waktu setempat, dilansir dari Reuters.

Trump mengatakan bahwa negosiasi dengan China tersebut berlangsung dengan "sangat baik" dan menyebut bahwa hubungannya dengan Presiden China Xi Jinping "luar biasa".

Presiden AS ke-45 ini juga menyatakan hasil perundingan akan ada dalam tiga sampai empat pekan ke depan. Namun langkah terbaru Trump kembali mematik kekhawatiran pelaku pasar.

Pada hari Rabu waktu AS Trump mendeklarasikan keadaan darurat nasional terhadap ancaman yang dihadapi sektor teknologi, dan mengeluarkan perintah eksekutif.

Isi perintah eksekutif ini memberikan wewenang bagi Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross untuk memblokir transaksi yang melibatkan transfer informasi atau teknologi yang dapat mengancam keamanan dalam negeri, melansir CNBC International.

Menindaklanjuti perintah tersebut Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List Bureau Industry and Security (BIS).

Hal ini berarti perusahaan AS tidak bisa menjual atau mentransfer teknologi ke Huawei tanpa seijin dari BIS. Hal ini tentunya membuat Huawei kesulitan dalam menjalankan usahanya, mengingat beberapa suku cadang yang digunakan berasal dari Negeri Paman Sam.

Hubungan kedua negara ini kemungkinan akan terus tereskalasi, apalagi setelah media Pemerintah China mulai terus menyiarkan perang dagang. Meski AS sudah menaikkan tarif impor pada Jumat (10/5/19) lalu, tetapi media ini masih kalem.

Baru di pekan ini pemberitaan gencar dilakukan dengan pesan utama China siap menghadapai AS. Belum ada balasan atau pernyataan yang keluar dari Pemerintah China isu yang menimpa Huawei.

Huawei merupakan salah satu raksasa teknologi Negeri Tirai Bambu, apa yang dilakukan Presiden Trump bisa saja akan dibalas China dalam waktu dekat, damai dagang sepertinya masih jauh dari kenyataan. Perang dagang yang semakin tereskalasi tentunya akan menyulitkan rupiah untuk menguat lebih lanjut.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular