Kalem Tunggu BI, Rupiah Terbaik ke-3 di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 May 2019 13:01
Kalem Tunggu BI, Rupiah Terbaik ke-3 di Asia
Foto: Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari sejumlah bank yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah bergerak fluktuatif antara penguatan dan pelemahan hingga siang Kamis (16/5/19). Namun pergerakan hari ini cenderung lebih kalem, pelaku pasar kemungkinan menanti pengumuman kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada siang ini.

Pada pukul 12:00 WIB rupiah menguat tipis 0,07% ke level Rp 14.445/US$

Mata Uang Perubahan (%)
USD/MYR-0.43
USD/JPY-0.13
USD/IDR-0.07
USD/INR-0.01
USD/HKD0
USD/THB0.01
USD/SGD0.04
USD/CNY0.06
USD/PHP0.14
USD/TWD0.25
USD/KRW0.33
 
  

Isu perang dagang jilid II antara Amerika Serikat (AS) dengan China masih menjadi headline utama sejak awal pekan.

Jika melihat pergerakan mata uang Asia, yen Jepang sedang menguat lawan dolar AS, yang mengindikasikan sentimen pelaku pasar masih kurang bagus sehingga masih mengalihkan investasi ke aset safe haven. Yen dianggap aset safe haven, bahkan lebih safe haven dari dolar AS.

Update terbaru dari perkembangan perang dagang, Presiden AS Donald Trump telah mendeklarasikan keadaan darurat nasional terhadap ancaman yang dihadapi sektor teknologi.    

Presiden Trump sudah mengeluarkan perintah eksekutif yang memberikan wewenang bagi Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross untuk memblokir transaksi yang melibatkan transfer informasi atau teknologi yang dapat mengancam keamanan dalam negeri, melansir CNBC International.

Menindaklanjuti perintah tersebut Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List Bureau Industry and Security (BIS). Hal ini berarti perusahaan AS tidak bisa menjual atau mentransfer teknologi ke Huawei tanpa seizin dari BIS.

Hal ini tentunya membuat Huawei kesulitan dalam menjalankan usahanya, mengingat beberapa spare part yang digunakan berasal dari Negeri Paman Sam.

Huawei merupakan salah satu raksasa teknologi Negeri Tirai Bambu, apa yang dilakukan Presiden Trump ini tentunya bisa memanaskan lagi hubungan dengan China dalam dua hari terakhir sempat lebih adem.

Kemungkinan memanasnya kembali hubungan AS - China membuat banyak mata uang Asia tertekan, sementara rupiah masih bisa bertahan dan menjadi yang terbaik ketiga di Asia hingga siang ini, hanya kalah dari ringgit Malaysia dan yen Jepang.
Indikator-indikator ekonomi Indonesia yang dirilis belakangan ini kurang menggembirakan, bahkan bisa dibilang mengecewakan. Data terbaru yang dirilis Rabu (15/5/19) kemarin oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan defisit neraca perdagangan pada April 2019 sebesar US$ 2,5 miliar. Defisit tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia, sebelum ini defisit terburuk tercatat sebesar US$ 2,3 miliar yang dibukukan pada Juli 2013.

Defisit neraca perdagangan pada April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir. Pada Februari, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, sementara surplus pada Maret adalah senilai US$ 540 juta. Pada April itu ekspor Indonesia tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year-on-year (YoY). Sedangkan impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,2% YoY, impor turun 11,36% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 497 juta. Sementara pada pekan lalu Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu melaporkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-I 2019 sebesar 2,6% dari produk domestik bruto (PDB). Defisit tersebut membaik dari kuartal-IV 2018 sebesar 3,6% PDB, tetapi masih lebih besar dari defisit kuartal-I 2018 2,01%.


BI akan mengumumkan kebijakan moneter siang ini, mulai pukul 14:00 WIB, dan bisa jadi mempengaruhi pergerakan rupiah. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6% pada bulan ini. 

Arah kebijakan suku bunga BI adalah mengendalikan defisit transaksi berjalan ke level yang aman yaitu 2,5-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Data terakhir menunjukkan CAD sudah berada di level aman yakni 2,6%, namun defisit neraca perdagangan pada April yang terbesar sepanjang sejarah tentunya dapat membuat CAD membengkak lagi di kuartal-II 2019.

Pernyataan-pernyataan BI terkait kondisi CAD dan neraca dagang serta proyeksi ke depannya bisa jadi akan menentukan nasib rupiah hari ini. Jika BI masih optimistis dan sangat yakin CAD masih di level aman di kuartal-II nanti, rupiah memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan. Rupiah saat ini berada di dekat level terlemah 2019 Rp 14.485, di awal perdagangan hari ini juga sempat ke level Rp 14.465 sebelum rebound kembali.

Rentang pergerakan rupiah hingga pertengahan perdagangan siang ini di kisaran Rp 14.435 – Rp 14.465, dan ada peluang akan menguat lebih jauh seandainya bisa melewati Rp 14.435.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular