Tanpa Pegangan, Rupiah Amblas Tiga Hari Berturut-turut

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 May 2019 17:35
CAD & Neraca Perdagangan Defisit, Apa Kata BI Besok?
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Bank Indonesia (BI) pada pekan lalu melaporkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kuartal-I 2019 sebesar 2,6% dari produk domestik bruto (PDB).

Defisit tersebut membaik dari kuartal-IV 2018 sebesar 3,6% PDB, tetapi masih lebih besar dari defisit kuartal-I 2018 2,01%. Sementara pada hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan defisit neraca perdagangan pada bulan April 2019 sebesar US$ 2,5 miliar.

Sebelumnya defisit terburuk tercatat sebesar US$ 2,3 miliar yang dibukukan pada bulan Juli 2013. Pada bulan April ekspor Indonesia tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year on year. Sedangkan impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor terkontraksi alias negatif 6,2% year-on-year (YoY), impor turun 11,36% YoY, dan neraca perdagangan defisit US$ 497 juta.

Laporan-laporan ini membuat rupiah juga mendapat tekanan dari sisi internal, fundamental Indonesia yang kurang bagus.

Gubernu BI Perry Warjiyo dan sejawat hari ini suda memulai Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan dengan cakupan triwulanan. Suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate akan diumumkan Kamis (16/5/19) besok.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6% pada bulan ini. Arah kebijakan suku bunga BI adalah mengendalikan defisit transaksi berjalan ke level yang aman yaitu 2,5-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Suku bunga acuan berfungsi sebagai 'rem tangan' yang menahan laju perekonomian (konsumsi dan investasi) sehingga impor bisa dikurangi dan defisit transaksi berjalan menipis.

Data terakhir menunjukkan CAD sudah berada di level aman yakni 2,6%, namun defisit neraca perdagangan yang terbesar sepanjang sejarah tentunya dapat membuat CAD membengkak lagi di kurtal-II 2019.

Defisit neraca perdagangan pada bulan April menjadi yang pertama dalam 3 bulan terakhir. Pada bulan Februari, neraca dagang membukukan surplus senilai US$ 330 juta, sementara surplus pada bulan Maret adalah senilai US$ 540 juta.

April merupakan bulan pertama kuartal-II sudah membukukan defisit neraca perdagangan sebesar itu, bagaimana dengan dua bulan sisanya, dan apa pendapat BI akan terjawab besok dan bisa menentukan nasib rupiah besok.

Mata Uang Garuda saat ini sudah dekat dengan level terlemah 2019 Rp 14.485 yang disentuh pada 3 Januari lalu. Melihat tidak adanya pegangan untuk menguat, tanpa intervensi BI bukan tidak mungkin rupiah akan membentuk level terlemah 2019 baru.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular