
Pangsa Pasar Tergerus, Saham FREN Babak Belur
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
15 May 2019 13:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten telekomunikasi milik Grup Sinarmas, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN)kembali masuk ke dalam daftar top losers pada penutupan perdagangan bursa sesi I hari ini, Rabu (15/5/2019).
Koreksi harga saham FREN menjadi emiten paling boncos dengan anjlok 7,28% menjadi Rp 280/unit saham, dimana kemarin (14/5/2019) perusahaan juga finis di zona merah dengan terkoreksi hingga 10,65%. Fren, menjadi emiten telekomunikasi tanah air yang mencatatkan koreksi terdalam dalam dua hari ini.
Hingga berita ini dimuat, harga saham emiten telekomunikasi lainnya seperti PT XL Axiata Tbk (EXCL) anjlok 2,89%, PT Indosat Tbk (ISAT) melemah 2,87%, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) hanya turun 1,06%.
Lalu, kenapa harga saham FREN bisa terperosok begitu dalam?
Pasalnya, meskipun perusahaan satu-satunya emiten telekomunikasi yang mencatatkan pertumbuhan dua digit di kuartal I-2019 (naik 17% YoY), tetapi FREN menorehkan kinerja terburuk dengan mencatatkan kerugian hingga Rp 424,66 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan terpaksa kembali merugi karena total beban usaha perusahaan tercatat Rp 714,01 miliar lebih besar dibandingkan dengan capaian pendapatan, dimana beban usaha mencapai Rp 2,12 triliun.
Terlebih lagi, pangsa pasar FREN besar kemungkinan akan semakin terkikis karena upaya perusahaan untuk ekspansi bisnis kalah jauh dibandingkan dengan para pemain besar. Hal ini dapat dilihat dari anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan yang hanya sebesar Rp 2,8 triliun.
Untuk diketahui, sepanjang tahun 2019, TLKM telah menyiapkan capex sekitar Rp 33 triliun, disusul ISAT sekitar Rp 10 triliun, dan EXCL sebesar Rp 7,5 triliun.
Bahkan, tersiar kabar bahwa Axiata Berhad (induk usaha XL Axiata) dan raksasa telekomunikasi asal Norwegia Telenor sedang menjajaki penggabungan bisnis untuk meningkatkan penetrasi di Asia.
Memperhatikan situasi di atas, wajar saja investor menjual saham FREN, jika pun saham emiten telekomunikasi satu ini naik, pemicunya adalah faktor rebound.
Kinerja fundamental perusahaan pada kuartal selanjutnya masih berpeluang terus tertekan karena pesatnya persaingan di industri telekomunikasi tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article 12 Tahun Masih Tekor, Smartfren Cetak Rugi Q3 Rp 1,75 T
Koreksi harga saham FREN menjadi emiten paling boncos dengan anjlok 7,28% menjadi Rp 280/unit saham, dimana kemarin (14/5/2019) perusahaan juga finis di zona merah dengan terkoreksi hingga 10,65%. Fren, menjadi emiten telekomunikasi tanah air yang mencatatkan koreksi terdalam dalam dua hari ini.
Hingga berita ini dimuat, harga saham emiten telekomunikasi lainnya seperti PT XL Axiata Tbk (EXCL) anjlok 2,89%, PT Indosat Tbk (ISAT) melemah 2,87%, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) hanya turun 1,06%.
Pasalnya, meskipun perusahaan satu-satunya emiten telekomunikasi yang mencatatkan pertumbuhan dua digit di kuartal I-2019 (naik 17% YoY), tetapi FREN menorehkan kinerja terburuk dengan mencatatkan kerugian hingga Rp 424,66 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan terpaksa kembali merugi karena total beban usaha perusahaan tercatat Rp 714,01 miliar lebih besar dibandingkan dengan capaian pendapatan, dimana beban usaha mencapai Rp 2,12 triliun.
Terlebih lagi, pangsa pasar FREN besar kemungkinan akan semakin terkikis karena upaya perusahaan untuk ekspansi bisnis kalah jauh dibandingkan dengan para pemain besar. Hal ini dapat dilihat dari anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan yang hanya sebesar Rp 2,8 triliun.
Untuk diketahui, sepanjang tahun 2019, TLKM telah menyiapkan capex sekitar Rp 33 triliun, disusul ISAT sekitar Rp 10 triliun, dan EXCL sebesar Rp 7,5 triliun.
Bahkan, tersiar kabar bahwa Axiata Berhad (induk usaha XL Axiata) dan raksasa telekomunikasi asal Norwegia Telenor sedang menjajaki penggabungan bisnis untuk meningkatkan penetrasi di Asia.
Memperhatikan situasi di atas, wajar saja investor menjual saham FREN, jika pun saham emiten telekomunikasi satu ini naik, pemicunya adalah faktor rebound.
Kinerja fundamental perusahaan pada kuartal selanjutnya masih berpeluang terus tertekan karena pesatnya persaingan di industri telekomunikasi tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article 12 Tahun Masih Tekor, Smartfren Cetak Rugi Q3 Rp 1,75 T
Most Popular