Kisruh Perang Dagang Semakin Menekan Harga Batu Bara

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 May 2019 10:40
Pada akhir sesi perdagangan hari Senin (13/5/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei ditutup melemah hingga 0,7% menjadi US$ 85,55/metrik ton.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Akibat ribut-ribut perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, harga batu bara acuan global bernasib nahas.
Pada akhir sesi perdagangan hari Senin (13/5/2019), harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei ditutup melemah hingga 0,7% menjadi US$ 85,55/metrik ton. Pelemahan yang terjadi kemarin juga merupakan hari ketiga secara berturut-turut. Sementara sejak awal tahun harga batu bara sudah melemah hingga 16,17%.

Pemerintah AS telah secara resmi memberlakukan tarif impor sebesar 25% kepada aneka produk impor asal China yang senilai US$ 200 miliar mulai hari Jumar (10/5/2019) pukul 00:01 waktiu setempat.
Langkah tersebut diambil karena menurut Presiden AS, Donald Trup, China telah menarik diri dari beberapa komitmen yang pernah dibuat sepanjang masa perundingan dagang beberapa pekan terakhir.
Sebagai balasan, Kementerian Keuangan China mengumumkan rencananya untuk menerapkan tarif impor tambahan kepada produk asal Negeri Paman Sam yang senilai US$ 60 miliar, mengutip Reuters. Sebanyak 5.140 jenis produk akan mengalami kenaikan tarif impor bervariasi, mulai dari 5% hingga 25% mulai 1 Juni 2019.
Dengan begitu perang dagang ronde II antara AS dan China sudah resmi dibuka. Fenomena perang tarif yang juga terjadi pada tahun 2018 akan terulang. Bahkan dengan intensitas yang lebih parah.
Dampaknya pun juga akan mirip. Rantai pasokan global akan terganggu dan menyebabkan gairah perekonomian global pudar. Aktivitas industri-industri manufaktur pun juga akan melambat.
Pertumbuhan ekonomi memang seringkali akan sejalan dengan peningkatan permintaan energi, yang masih besar disumbang oleh batu bara. Kala ekonomi melambat, maka permintaan batu bara pun juga sulit untuk tumbuh.
Apalagi kali ini dampak perang dagang kemungkinan besar akan lebih dari yang terjadi tahun lalu. Boleh jadi permintaan batu bara malah terkontraksi.

Selain itu saat ini pemerintah China masih memberlakukan pembatasan impor batu bara. Sudah sejak tahun 2018 China mengambil kebijakan tersebut.
Alhasil sepanjang 2018, impor batu bara China hanya sebesar 280,8 juta ton naik tipis dari 271,1 juta ton pada 2017. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding impor pada tahun 2013 yang mencapai 327,2 juta ton.
Tahun ini pun demikian. Beberapa analis memprediksi impor batu bara China masih akan pada level yang mirip dengan thun 2018. Prediksi itu pun ada sebelum perang dagang berkecamuk.
Bila permintaan China tidak ngangkat, maka pasokan batu bara global berpotensi meluap tahun ini. Pasalnya China merupakan salah satu importir batu bara terbesar di dunia, bersanding dengan India, Jepang, dan Korea Selatan.

Sebagai catatan, harga batu bara Newcastle (nilai kalori 6.000 kcal/kg) seringkali dijadikan acuan global. Pergerakan harganya bisa menjadi salah satu proxy untuk memperkirakan harga batu bara Indonesia, mengingat Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya satu bulan sekali.

TIM RISET CNBC INDONESIA



(taa/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular