
China Lancarkan Serangan Balasan, Indeks Shanghai Anjlok 1,1%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 May 2019 08:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Shanghai langsung anjlok 1,1% pada saat pembukaan perdagangan ke level 2.872,83, sementara indeks Hang Seng ambruk 2,1% ke level 27.951,12.
Eskalasi perang dagang AS-China membuat saham-sama di China dan Hong Kong dilego investor. Kemarin (13/5/2019), China mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan.
Seperti diketahui, pada hari Jumat (10/5/2019) AS resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%.
Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Barang-barang agrikultur menjadi sasaran dari pemerintah China.
Ketika berlaku pada tanggal 1 Juni, importir asal China akan membayar bea masuk yang lebih tinggi ketika mendatangkan produk agrikultur seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam dan kalkun dari Negeri Paman Sam.
Dalam sebuah pernyataan, China menyebut bahwa bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan kemarin telah membahayakan kepentingan kedua negara serta tak sesuai dengan ekspektasi dari dunia internasional, seperti dilansir dari CNBC International.
Dengan balas-membalas bea masuk antar kedua negara yang sudah semakin sadis, tentu perekonomian keduanya akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, instrumen berisiko seperti saham memang menjadi tak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau
Eskalasi perang dagang AS-China membuat saham-sama di China dan Hong Kong dilego investor. Kemarin (13/5/2019), China mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan.
Seperti diketahui, pada hari Jumat (10/5/2019) AS resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%.
Ketika berlaku pada tanggal 1 Juni, importir asal China akan membayar bea masuk yang lebih tinggi ketika mendatangkan produk agrikultur seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam dan kalkun dari Negeri Paman Sam.
Dalam sebuah pernyataan, China menyebut bahwa bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan kemarin telah membahayakan kepentingan kedua negara serta tak sesuai dengan ekspektasi dari dunia internasional, seperti dilansir dari CNBC International.
Dengan balas-membalas bea masuk antar kedua negara yang sudah semakin sadis, tentu perekonomian keduanya akan mendapatkan tekanan yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, instrumen berisiko seperti saham memang menjadi tak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau
Most Popular