
Terungkap! Ini Penyebab Dolar Bisa Sentuh Rp 14.400/US$
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
13 May 2019 15:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah lebih dari 100 poin sore ini di pasar spot.
Pada Senin (13/5/2019) pukul 15:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.435, yang artinya melemah 0,8% atau 115 poin dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu (10/5/2019). Pada pembukaan pagi, pelemahan rupiah hanya sebesar 0,1%.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan faktor yang mengakibatkan adanya kebutuhan dolar yang cukup banyak di dalam negeri. Hal ini menyebabkan nilai rupiah melemah.
"Sebagian besar karena adanya pelepasan SBN [Surat Berharga Negara] oleh investor asing, oleh karenanya BI masuk ke pasar SBN untuk mencegah capital outflows yang berkelanjutan," kata Nanang kepada CNBC Indonesia, Senin (13/5/2019).
Eskalasi perang dagang AS-China membuat pelaku pasar melepas mata uang negara-negara Asia dan mengalihkannya ke dolar AS yang merupakan safe haven.
Pada hari Jumat, AS resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%. Lebih lanjut, Presiden AS Donald Trump diketahui sudah memerintahkan Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer untuk memulai proses guna mengenakan bea masuk senilai 25% bagi produk impor asal China senilai US$ 325 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.
Hal ini dilakukan AS di tengah-tengah negosiasi dagang dengan China di Washington. Dalam negosiasi yang berlangsung selama 2 hari tersebut (9-10 Mei), delegasi AS dipimpin oleh Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
"China Yuan menyentuh 6,9 per dolar AS ini terlemah sejak Desember 2018," kata Nanang.
"BI hari ini cukup besar masuk pasar SBN untuk menjaga yield karena outflows," tegas Nanang.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Pada Senin (13/5/2019) pukul 15:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.435, yang artinya melemah 0,8% atau 115 poin dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu (10/5/2019). Pada pembukaan pagi, pelemahan rupiah hanya sebesar 0,1%.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan faktor yang mengakibatkan adanya kebutuhan dolar yang cukup banyak di dalam negeri. Hal ini menyebabkan nilai rupiah melemah.
Eskalasi perang dagang AS-China membuat pelaku pasar melepas mata uang negara-negara Asia dan mengalihkannya ke dolar AS yang merupakan safe haven.
Pada hari Jumat, AS resmi menaikkan bea masuk atas importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar, dari 10% menjadi 25%. Lebih lanjut, Presiden AS Donald Trump diketahui sudah memerintahkan Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer untuk memulai proses guna mengenakan bea masuk senilai 25% bagi produk impor asal China senilai US$ 325 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.
Hal ini dilakukan AS di tengah-tengah negosiasi dagang dengan China di Washington. Dalam negosiasi yang berlangsung selama 2 hari tersebut (9-10 Mei), delegasi AS dipimpin oleh Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China dikomandoi oleh Wakil Perdana Menteri Liu He.
"China Yuan menyentuh 6,9 per dolar AS ini terlemah sejak Desember 2018," kata Nanang.
"BI hari ini cukup besar masuk pasar SBN untuk menjaga yield karena outflows," tegas Nanang.
(dru) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Most Popular