CAD Melebar, IHSG Drop Lebih dalam Hingga 0,73%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 May 2019 11:23
CAD Melebar, IHSG Drop Lebih dalam Hingga 0,73%
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat melenggang di zona hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini justru terebak di zona merah. Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 0,07% ke level 6.203,1. IHSG kemudian naik ke titik tertingginya di hari ini di level 6.232,66 (+0,55% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, 9/5/2019). Pada pukul 11:12 WIB, IHSG justru ditransaksikan melemah 0,73% ke level 6.153,52.

Sejatinya, bursa saham utama kawasan Asia masih ditransaksikan di zona hijau. Namun, penguatannya menipis jika dibandingkan pada pagi hari tadi. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,09%, Indeks Shanghai naik 1,5%, indeks Hang Seng naik 0,87%, indeks Straits Times naik 0,37%, dan indeks Kospi terapresiasi 0,36%. Sebagai perbandingan, indeks Nikkei sempat naik 0,85% pada hari ini dan indeks Shanghai sempat melesat hingga 2,6%.

Lantas, bisa disimpulkan bahwa tekanan jual tak hanya menerpa pasar saham Indonesia, namun juga Asia.

Pelaku pasar grogi lantaran AS baru saja resmi menaikkan bea masuk terhadap produk impor asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25%, dari yang sebelumnya 10%.

Kemarin, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya sudah mulai menyusun berkas yang diperlukan untuk mengenakan bea masuk sebesar 25% bagi produk impor asal China senilai US$ 325 miliar yang saat ini belum terdampak oleh perang dagang kedua negara.

Memang, ada sentimen positif yang menyelimuti gelaran dialog dagang AS-China yang sudah dimulai sejak kemarin di Washington dan akan berakhir pada hari ini waktu setempat. Pasca mendarat di Washington, Liu He mengungkapkan bahwa ada harapan kedua negara bisa menyegel kesepakatan dagang.

"Kami datang ke sini di bawah tekanan yang menunjukkan ketulusan hati China dan ingin dengan tulus, percaya diri, dan rasional untuk menyelesaikan beberapa perbedaan yang dihadapi China dan AS. Saya rasa ada harapan," papar Liu He, dikutip dari Reuters.

Selain itu, Trump juga mengaku telah menerima surat dari Presiden China Xi Jinping. Salah satu isi surat tersebut adalah "mari bekerja bersama dan kita lihat apa yang bisa kita capai," ujar Trump menirukan.

Trump pun ikut optimistis bahwa kesepakatan dagang bisa disegel.

"Adalah mungkin untuk melakukannya (menyegel kesepakatan dagang), mereka semua (delegasi China) ada di sini. Wakil Perdana Menteri (Liu He) yang merupakan salah satu orang yang paling dihormati dan salah satu pejabat tertinggi di China akan datang," papar Trump pada hari Kamis (9/5/2019) waktu setempat, dikutip dari CNBC International.

Namun tetap saja, kenaikan bea masuk yang sudah resmi dieskekusi berikut dengan persiapan untuk mengenakan bea masuk terhadap produk impor asal China senilai US$ 325 miliar membuat pelaku pasar khawatir bahwa kesepakatan dagang tak akan bisa diteken oleh kedua negara pada pekan ini. Dari dalam negeri, rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) periode kuartal-I 2019 memperbesar intensitas jual yang dilakukan pelaku pasar saham Indonesia. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa transaksi berjalan (yang merupakan bagian dari NPI) mencatat defisit senilai US$ 7 miliar pada 3 bulan pertama tahun ini atau 2,6% dari PDB. Memang lebih rendah dibandingkan defisit pada kuartal-IV 2018 yang sebesar 3,6% dari PDB, namun melebar dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.

Jika defisit di awal tahun saja sudah lebih lebar, maka ada potensi bahwa defisit transaksi berjalan/ Current Account Deficit (CAD) untuk tahun 2019 juga akan melebar. Praktis, rupiah menjadi tak memiliki pijakan untuk menguat. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah sebesar 0,1% di pasar spot ke level Rp 14.360/dolar AS.

Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Pelemahan rupiah pada akhirnya membuat investor enggan untuk masuk ke pasar saham dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular