
Lagi dan Lagi, Wall Street Dibuka Anjlok Akibat Mulut Trump
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
09 May 2019 20:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) lagi-lagi terpelanting ke zona merah di hari keempat perdagangan pekan ini, menyusul sesumbar Presiden AS Donald Trump yang menuduh China "melanggar perjanjian."
Pernyataan mantan taipan properti itu membuat pasar dipenuhi kekhawatiran bahwa dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut tidak akan mampu mencapai persetujuan dagang hingga membuat perang dagang memasuki babak baru.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 207 poin di pembukaan sebelum surut menjadi 198,8 poin atau 0,77% pukul 08:35 waktu setempat (atau 20:35 WIB). Indeks S&P 500 jatuh 0,81% atau 23,45 poin ke 2.855,3,sedangkan Nasdaq turun 1% atau 82,39 poin ke 7.857,44.
"Omong-omong, Anda lihat kenapa tarifnya berlaku? Karena mereka merusak perjanjian. Mereka merusaknya," ujar Trump dalam kampanye di Florida Rabu malam, sebagaimana dikutip CNBC International.
Berbeda dari sesumbar Trump, pejabat Gedung Putih pada Rabu kemarin menyatakan bahwa China masih ingin bernegosiasi. China menegaskan bahwa mereka akan membalas perlakuan AS. Namun, delegasi China masih di Washington pekan ini untuk bernegosiasi.
Sampai dengan penutupan kemarin, bursa AS memerah akibat isu perang dagang yang membuat indeks Dow Jones anjlok 540 poin sedangkan indeks S&P 500 melemah hingga 2%. Dengan koreksi pagi ini, Dow terhitung anjlok 740 poin sedangkan S&P kehilangan 3% sepanjang pekan.
Indeks Cboe Volatility Index, yang menghitung volatilitas dalam 30-hari dari indeks S&P 500 menyentuh titik tertinggi sejak 9 Januari di level 22,63. Indeks yang dikenal sebagai VIX ini mendapat julukan sebagai "Indeks Kekhawatiran Pasar".
Harga saham emiten unggulan seperti Intel juga jatuh. Saham produsen chip computer ini melemah 2% setelah sehari sebelumnya terkoreksi 5% menyusul pernyataan perseroan bahwa pertumbuhan pendapatan dan laba bersihnya bakal di "digit tunggal" dalam 3 tahun ke depan.
Sementara itu, saham Chevron melesat lebih dari 3% pada Kamis setelah perseroan mengatakan tidak akan memberikan angka penawaran baru untuk membeli Anadarko Petroleum.
Hari ini, pelaku pasar di Wall Street juga mencermati rilis beberapa data ekonomi seperti data perdagangan, klaim pengangguran, dan indeks harga produsen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Pernyataan mantan taipan properti itu membuat pasar dipenuhi kekhawatiran bahwa dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut tidak akan mampu mencapai persetujuan dagang hingga membuat perang dagang memasuki babak baru.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 207 poin di pembukaan sebelum surut menjadi 198,8 poin atau 0,77% pukul 08:35 waktu setempat (atau 20:35 WIB). Indeks S&P 500 jatuh 0,81% atau 23,45 poin ke 2.855,3,sedangkan Nasdaq turun 1% atau 82,39 poin ke 7.857,44.
Berbeda dari sesumbar Trump, pejabat Gedung Putih pada Rabu kemarin menyatakan bahwa China masih ingin bernegosiasi. China menegaskan bahwa mereka akan membalas perlakuan AS. Namun, delegasi China masih di Washington pekan ini untuk bernegosiasi.
Sampai dengan penutupan kemarin, bursa AS memerah akibat isu perang dagang yang membuat indeks Dow Jones anjlok 540 poin sedangkan indeks S&P 500 melemah hingga 2%. Dengan koreksi pagi ini, Dow terhitung anjlok 740 poin sedangkan S&P kehilangan 3% sepanjang pekan.
Indeks Cboe Volatility Index, yang menghitung volatilitas dalam 30-hari dari indeks S&P 500 menyentuh titik tertinggi sejak 9 Januari di level 22,63. Indeks yang dikenal sebagai VIX ini mendapat julukan sebagai "Indeks Kekhawatiran Pasar".
Harga saham emiten unggulan seperti Intel juga jatuh. Saham produsen chip computer ini melemah 2% setelah sehari sebelumnya terkoreksi 5% menyusul pernyataan perseroan bahwa pertumbuhan pendapatan dan laba bersihnya bakal di "digit tunggal" dalam 3 tahun ke depan.
Sementara itu, saham Chevron melesat lebih dari 3% pada Kamis setelah perseroan mengatakan tidak akan memberikan angka penawaran baru untuk membeli Anadarko Petroleum.
Hari ini, pelaku pasar di Wall Street juga mencermati rilis beberapa data ekonomi seperti data perdagangan, klaim pengangguran, dan indeks harga produsen.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular