Perang Dagang Sampai Gaduh Politik Bikin Rupiah Loyo 11 Hari

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 May 2019 12:14
AS-China Ribut Lagi, Dolar AS Jadi Primadona
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Faktor eksternal dan domestik masih membebani langkah rupiah sehingga belum mampu menguat. Dari sisi eksternal, sepertinya risiko kembali meletusnya perang dagang AS-China masih membayangi pasar keuangan Asia.  

Kemarin, Presiden AS Donald Trump mengancam bakal menaikkan tarif bea masuk untuk importasi produk China senilai US$ 200 miliar. Bahkan eks pembawa acara reality show The Apprentice itu berencana mengenakan bea masuk baru terhadap impor produk made in China senilai US$ 325 miliar. 


Para pembantu Trump pun mulai galak terhadap China. Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, menegaskan bahwa akhir-akhir ini komitmen China mengendur. Oleh karena itu, mungkin perlu sedikit 'injak kaki' dengan cara menerapkan bea masuk. 

"Dalam beberapa pekan terakhir, kami melihat ada penurunan komitmen dari pihak China. Kami tidak bicara soal membatalkan dialog, tetapi mulai Jumat akan ada tarif bea masuk baru," tegasnya, dikutip dari Reuters. 

Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menambahkan bahwa China memang perlu didorong untuk segera menyelesaikan dialog dagang. Untuk itu, perlu ada langkah yang cukup drastis. 

"Mereka (China) coba untuk mundur ke hal-hal yang sebelumnya pernah dibicarakan, jelas ada upaya untuk mengubah kesepakatan. Oleh karena itu, seluruh tim ekonomi pemerintahan AS sepakat dan merekomendasikan kepada presiden untuk bergerak maju dengan bea masuk jika kita tidak bisa menyelesaikan kesepakatan dagang akhir pekan ini, " ungkap Mnuchin, mengutip Reuters. 

Mendapat ancaman terbuka, China pun mulai panas. Sejumlah suara keras berdatangan, yang intinya siap meladeni jika AS ingin kembali melanjutkan perang dagang. 

"Atmosfer perundingan sudah berbeda. Semua tergantung perilaku AS," tegas salah seorang diplomat China, dikutip dari Reuters. 

"Biarkan saja Trump menaikkan bea masuk. Kita lihat saja apakah dialog dagang bisa berlanjut," tegas Hu Xijin, Pemimpin Redaksi Global Times (tabloid terbitan Partai Komunis China), dalam cuitan di Twitter dengan nada mengancam. 

Harapan damai dagang perlahan berganti menjadi kekhawatiran dimulainya kembali perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi. Hal ini tentu sangat membuat investor cemas, sehingga tidak ada yang berani mengambil risiko. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular