Hantu Perang Dagang Muncul Lagi, Harga Batu Bara Terkoreksi

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 May 2019 08:57
Harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei di bursa Intercontinental Exchange (ICE) ditutup melemah 0,74% pada perdagangan Senin (6/5/2019) kemarin.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle kontrak pengiriman Mei di bursa Intercontinental Exchange (ICE) ditutup melemah 0,74% ke level US$ 86,95 pada perdagangan Senin (6/5/2019) kemarin. Pelemahan harga terjadi setelah pada pekan lalu batu bara berhasil membukukan kenaikan harga sebesar 2,82% secara point-to-point.

Kekhawatiran eskalasi perang dagang tampaknya memberi beban tambahan pada pergerakan harga batu bara. Pasalnya permintaan batu bara bisa terancam jika perang dagang Amerika Serikat (AS)-China kembali memanas.



Pada hari Minggu (5/5/2019), Presiden AS, Donald Trump kembali mengancam akan memberlakukan bea impor produk China yang senilai US$ 200 miiliar sebesar 25% (meningkat dari yang semula 10%).

"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 juta. Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter, Minggu (5/5/2019).

Trump sudah pernah mengeluarkan ancaman tersebut sebelumnya. Bahkan sedianya peningkatan bea impor tersebut akan dilakukan pada bulan Maret 2019.

Akan tetapi belakangan dirinya menunda hal itu karena melihat perkembangan dialog dagang yang positif dengan China. Bahkan Reuters sempat mengabarkan sebuah draft kesepakatan telah dibuat.

Menyikapi komentar Trump di twitter, Wakil Perdana Menteri China, Liu He dikabarkan akan membatalkan perjalanannya ke Washington yang sebelumnya direncanakan pada hari Rabu (8/5/2019), berdasarkan keterangan sumber yang dikutip dari CNBC International.

Namun setelahnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan bahwa negaranya masih mempersiapkan perjalanan ke AS untuk melakukan dialog dagang. Tapi dia tidak mengelaborasi lebih jauh dan tidak mengonfirmasi keikutsertaan Liu He dalam perjalanan tersebut.

Dengan begini, kemungkinan batalnya kesepakatan damai dagang muncul kembali, bahkan kian membesar.

Bila sampai AS-China saling lempar tarif impor (lagi) maka gairah ekonomi dunia akan lebih lesu dari sekarang. Rantai pasokan global terhambat.

Alhasil permintaan akan energi berpeluang tidak tumbuh, atau bahkan terkontraksi. Dalam kondisi tersebut, pelaku pasar terdorong melakukan aksi jual kontrak untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular