Analisis Teknikal

Terus Terpangkas, Harga Sawit Menguji Level MYR 1.972/Ton

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
06 May 2019 20:51
Harga minyak sawit mentah anjlok ke posisi terendah sejak akhir November tahun lalu.
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin meregang, hal ini membuat harga minyak sawit mentah  anjlok ke posisi terendah sejak akhir November tahun lalu.

Harga minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) kontrak pengiriman Juli terjun bebas hingga 2,32% ke level MYR 1.981/ton. Padahal, harga CPO sudah anjlok hingga 1,07% akhir pekan lalu. Hingga tahun berjalan, harga CPO telah terkoreksi 6,46%.

Damai dagang yang diharapkan yang tak kunjung datang menghambat kenaikan harga CPO. Presiden AS, Donald Trump mulai mengancam kembali akan menaikkan bea impor produk China senilai US$ 200 miliar sebesar 25% (semula sudah dinaikkan 10%).

Wakil Perdana Menteri China, Liu He dikabarkan akan membatalkan perjalanannya ke Washington yang sebelumnya direncanakan pada hari Rabu (8/5/2019), berdasarkan keterangan sumber yang dikutip dari CNBC International.

Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan negaranya masih mempersiapkan perjalanan ke AS untuk melakukan dialog dagang. Tetapi dia tidak mengelaborasi lebih jauh keikutsertaan Liu He dalam rombongan tersebut.

Apabila benar perang dagang kembali berkecamuk dengan intensitas yang lebih tinggi, maka rantai pasokan global akan berputar semakin lambat. Mengingat yang berseteru adalah dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Alhasil permintaan komoditas yang sangat dibutuhkan dalam menggerakkan roda perekonomian harganya akan semakin turun.

Tidak hanya CPO, nasib minyak kedelai di bursa Chicago Board of trade (CBOT) juga sama. Harga minyak kedelai anjlok hingga 1,6% ke level terendah sejak 7 bulan terakhir.

Analisis Teknikal
Terus Turun, Harga CPO Berpotensi Menguji Sumber: Refinitiv

Berdasarkan analisa tren, tren utama (primary trend) menunjukan CPO sedang bergerak turun (down trend). secara jangka pendek (minor trend) pelemahannya masih berpotensi berlanjut menguji MYR 1.972/ton.

Sedangkan level penghalang yang harus di tembus dalam jangka pendek berada di MYR 2.000/ton.

Namun, Indikator moving average convergence divergence/MACD masih membentuk pola penurunan, atau biasa disebut persilangan turun (dead cross).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(yam/yam) Next Article Ada kok Saham LQ45 yang Murah, Ini Daftarnya Kak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular