
Gaduh Politik Pasca Pemilu Bikin Rupiah Lesu?

Setidaknya ada dua sentimen domestik yang membuat rupiah kurang tenaga. Pertama, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 sebesar 5,07% year-on-year (YoY).
Angka tersebut lumayan jauh dibandingkan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan 5,19% sementara konsensus Reuters berada di 5,18%.
Pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai harapan membuat pelaku pasar agak kecewa. Akibatnya, rupiah mengalami tekanan jual.
Kedua, pelaku pasar juga bisa jadi cemas terhadap perkembangan politik pasca Pemilu 2019. Dalam perhitungan riil Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin masih memimpin perolehan suara. Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus menyuarakan penolakan, dan menilai hasil perolehan suara tidak sah karena banyak kecurangan.
Perkembangan ini dikhawatirkan bisa mendelegitimasi hasil Pemilu. Jadi apa pun hasil akhirnya nanti, gaduh politik sepertinya masih belum mereda bahkan semakin kencang.
Seperti halnya pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi, ribut-ribut politik yang belum kelihatan ujungnya ini bisa membuat investor merasa kurang nyaman. Pelaku pasar kemudian memilih wait and see, menunggu sampai ada kejelasan dan suhu politik mereda.
TIM RISET CNBC INDONESIA
