Gaduh Politik Pasca Pemilu Bikin Rupiah Lesu?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 May 2019 14:41
Gaduh Politik Pasca Pemilu Bikin Rupiah Lesu?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah sejak pembukaan perdagangan pasar spot. Tidak hanya terhadap dolar AS, rupiah juga kalah saat berhadap satu lawan satu dengan sebagian besar mata uang utama Asia. 

Pada Senin (6/5/2019) pukul 14:14 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.320. Rupiah melemah 0,49% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Sejak pembukaan pasar, rupiah terus melemah. Dari posisi minus 0,14%, pelemahan rupiah semakin dalam dan dolar AS pun menembus level Rp 14.300. 


Jika rupiah kembali finis di zona merah, maka mata uang Tanah Air tidak pernah menguat dalam 10 hari perdagangan terakhir. Rekor terpanjang sejak jelang akhir Juli sampai awal Agustus 2013. 

 

Ternyata rupiah bukan hanya menjadi korban dolar AS. Rupiah pun tidak bisa berbicara banyak di hadapan mayoritas mata uang utama Asia. 

Rupiah hanya mampu menguat terhadap dua mata uang, yuan China dan won Korea Selatan. Sementara di hadapan yen Jepang sampai peso Filipina, rupiah tidak berdaya. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Benua Kuning terhadap rupiah pada pukul 14:20 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setidaknya ada dua sentimen domestik yang membuat rupiah kurang tenaga. Pertama, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 sebesar 5,07% year-on-year (YoY).

Angka tersebut lumayan jauh dibandingkan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan 5,19% sementara konsensus Reuters berada di 5,18%.

Pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai harapan membuat pelaku pasar agak kecewa. Akibatnya, rupiah mengalami tekanan jual.


Kedua, pelaku pasar juga bisa jadi cemas terhadap perkembangan politik pasca Pemilu 2019. Dalam perhitungan riil Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin masih memimpin perolehan suara. Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus menyuarakan penolakan, dan menilai hasil perolehan suara tidak sah karena banyak kecurangan.

Perkembangan ini dikhawatirkan bisa mendelegitimasi hasil Pemilu. Jadi apa pun hasil akhirnya nanti, gaduh politik sepertinya masih belum mereda bahkan semakin kencang.

Seperti halnya pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi, ribut-ribut politik yang belum kelihatan ujungnya ini bisa membuat investor merasa kurang nyaman. Pelaku pasar kemudian memilih wait and see, menunggu sampai ada kejelasan dan suhu politik mereda.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular