Ekonomi Tumbuh 'Ala Kadarnya', Rupiah Tak Bertenaga

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 May 2019 12:43
Api Perang Dagang Panas Lagi, Rupiah Tak Diminati
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dolar AS memang sedang perkasa, tidak hanya di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 12:12 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,05%. 

Investor yang berpaling ke dolar AS (dan yen) adalah pertanda sedang ada risiko tinggi di pasar. Semua bermain aman, sehingga aset-aset di negara berkembang mengalami tekanan jual. 

Kemungkinan besar situasi ini disebabkan oleh perkembangan terbaru hubungan dagang AS-China. Tadi malam waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump mencuitkan sesuatu yang mengguncang dunia. 

"Selama 10 bulan terakhir, China membayar bea masuk 25% untuk importasi produk-produk high-tech senilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk-produk lain senilai US$ 200 miliar Pembayaran ini sedikit banyak berperan dalam data-data ekonomi kita yang bagus. Jadi yang 10% akan naik menjadi 25% pada Jumat. Sementara US$ 325 miliar importasi produk-produk China belum kena bea masuk, tetapi dalam waktu dekat akan dikenakan 25%. Bea masuk ini berdampak kecil terhadap harga produk. Dialog dagang tetap berlanjut, tetapi terlalu lamban, karena mereka berupaya melakukan renegosiasi. Tidak!" cuit Trump di Twitter. 

Sampai akhir pekan lalu, harapan damai dagang AS-China masih begitu terbuka. Bahkan delegasi China masih melakukan dialog dengan perwakilan AS di Washington. 


Namun utas (thread) cuitan Trump tersebut membuat semuanya seolah buyar. AS ternyata masih galak kepada China. Sesuatu yang sangat mungkin membuat Beijing murka. 

Mengutip Wall Street Journal, sumber di lingkaran dalam pemerintah China menegaskan pihaknya sedang mempertimbangkan untuk membatalkan proses negosiasi dagang dengan AS. Setiap aksi menimbulkan reaksi, apa yang dilakukan Trump sudah menciptakan 'api'. 

Harapan damai dagang perlahan berganti menjadi kekhawatiran dimulainya kembali perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi. Hal ini tentu sangat membuat investor cemas, sehingga tidak ada yang berani mengambil risiko. 


Di pasar saham Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) amblas 1,15% kala penutupan perdagangan Sesi I. Investor asing membukukan jual bersih Rp 419,53 miliar. 

Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun naik 3 basis poin pada pukul 12:23 WIB. Kenaikan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang turun karena tekanan jual. 

Seretnya arus modal dari pasar keuangan membuat rupiah goyah, tidak punya modal untuk menguat. Akibatnya rupiah menjadi salah satu mata uang terlemah di Benua Kuning.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular