Walaupun Koreksi Menipis, IHSG Tetap Terburuk di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2019 16:59
Sektor Jasa Keuangan & Barang Konsumsi Pimpin Pelemahan IHSG
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Secara sektoral, sektor jasa keuangan yang anjlok 0,66% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG. Sektor jasa keuangan jatuh seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank BUKU 4: harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,86%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,65%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,18%.

Saham-saham bank besar di tanah air menjadi sasaran jual investor lantaran kinerja rupiah yang begitu memprihatinkan. Pada penutupan perdagangan di pasar spot, rupiah melemah 0,04% ke level Rp 14.250/dolar AS.

Memudarnya ekspektasi terkait dengan pemotongan tingkat suku bunga acuan oleh The Fed memberikan suntikan tenaga bagi dolar AS untuk menguat melawan rupiah pada hari ini. Lantas, sudah selama 9 hari beruntun rupiah tak pernah mencetak apresiasi. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.

Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, tentu ada kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari bank-bank besar akan terkerek naik dan menekan profitabilitas mereka.

Selain sektor jasa keuangan, sektor barang konsumsi yang anjlok 0,93% juga berperan besar dalam mendorong pelemahan IHSG pada hari ini. Saham-saham konsumer dilego investor seiring dengan rilis angka inflasi yang mengecewakan.

Kemarin siang, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode April 2019. Sepanjang bulan lalu, BPS mencatat bahwa terjadi inflasi sebesar 0,44% secara bulanan, di atas konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 0,3%. Secara tahunan, tingkat inflasi pada bulan lalu adalah sebesar 2,83%.

Sejatinya, angka inflasi yang berada di atas ekspektasi bisa mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia masih kuat memasuki kuartal-II 2019. Namun, penyebab utama inflasi bulan April lebih tinggi dari ekspektasi adalah kenaikan harga bahan makanan yang mencapai 1,45%. Padahal, konsumsi masyarakat baru bisa dibilang kuat jika inflasi disumbang oleh komponen lainnya yang tak termasuk ke dalam kategori volatile.

Memasuki bulan Ramadan, jika tak ada kontrol yang baik dari pemerintah, harga bahan makanan bisa semakin melejit yang pada akhirnya justru akan menekan konsumsi masyarakat Indonesia.

Bermain aman, saham-saham sektor barang konsumsi kembali dilego investor pada hari ini. Kemarin, indeks sektor barang konsumsi jatuh hingga 1,64%. (ank/hps)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular