
Rupiah Tak Berdaya Lawan Dolar AS, Terlemah Sejak 14 Maret
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
03 May 2019 08:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,04% di pasar spot, depresiasi rupiah berangsur-angsur bertambah dalam. Pada pukul 08:30 WIB, pelemahan rupiah telah mencapai 0,11% ke level Rp 14.260/dolar AS. Rupiah kini berada di titik terlemahnya sejak 14 Maret silam.
Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menjadi hari ke-9 secara beruntun di mana rupiah tak pernah mencetak apresiasi. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Pada hari ini, mayoritas mata uang negara-negara Asia juga bergerak melemah melawan dolar AS. Tercatat, hanya rupee dan yen yang mampu menaklukkan greenback.
Kinclongnya data ekonomi di AS kembali membuat aliran dana menyemut ke dolar AS. Kemarin, pemesanan barang dari pabrikan di AS periode Maret 2019 diumumkan tumbuh hingga 1,9% secara bulanan, jauh di atas konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 1% saja, seperti dilansir dari Forex Factory. Pada bulan Februari, pemesanan barang dari pabrikan di AS terkontraksi sebesar 0,3%.
Lantas, ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini menjadi semakin memudar. Sebelumnya, The Fed memang sudah memberi sinyal kuat bahwa pemangkasan suku bunga acuan tak akan dilakukan tahun ini.
Pasca mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%, pada hari Rabu (1/5/2019) waktu setempat, Gubernur The Fed Jerome Powell mengeluarkan pernyataan yang jauh dari nada dovish.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambah Powell.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 2 Mei 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini tinggal tersisa 36,8%, dari yang sebelumnya 40,1% pada tanggal 1 Mei. Pada bulan lalu, probabilitasnya sempat mencapai 41%.
Di sisi lain, probabilitas tingkat suku bunga acuan ditahan di level 2,25%-2,5% berada di level 52%, melonjak dari posisi sehari sebelumnya yang hanya 38,6%.
Seiring dengan semakin memudarnya ekspektasi bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas pada tahun ini, praktis dolar AS menjadi memiliki energi untuk menguat.
Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menjadi hari ke-9 secara beruntun di mana rupiah tak pernah mencetak apresiasi. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Pada hari ini, mayoritas mata uang negara-negara Asia juga bergerak melemah melawan dolar AS. Tercatat, hanya rupee dan yen yang mampu menaklukkan greenback.
Kinclongnya data ekonomi di AS kembali membuat aliran dana menyemut ke dolar AS. Kemarin, pemesanan barang dari pabrikan di AS periode Maret 2019 diumumkan tumbuh hingga 1,9% secara bulanan, jauh di atas konsensus yang memperkirakan kenaikan sebesar 1% saja, seperti dilansir dari Forex Factory. Pada bulan Februari, pemesanan barang dari pabrikan di AS terkontraksi sebesar 0,3%.
Lantas, ekspektasi bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini menjadi semakin memudar. Sebelumnya, The Fed memang sudah memberi sinyal kuat bahwa pemangkasan suku bunga acuan tak akan dilakukan tahun ini.
Pasca mengumumkan bahwa tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level 2,25%-2,5%, pada hari Rabu (1/5/2019) waktu setempat, Gubernur The Fed Jerome Powell mengeluarkan pernyataan yang jauh dari nada dovish.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tambah Powell.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 2 Mei 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps pada tahun ini tinggal tersisa 36,8%, dari yang sebelumnya 40,1% pada tanggal 1 Mei. Pada bulan lalu, probabilitasnya sempat mencapai 41%.
Di sisi lain, probabilitas tingkat suku bunga acuan ditahan di level 2,25%-2,5% berada di level 52%, melonjak dari posisi sehari sebelumnya yang hanya 38,6%.
Seiring dengan semakin memudarnya ekspektasi bahwa tingkat suku bunga acuan akan dipangkas pada tahun ini, praktis dolar AS menjadi memiliki energi untuk menguat.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular