
Rupiah Lesu di Kurs Tengah BI, Rawan di Pasar Spot
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 May 2019 10:52

Perlahan dolar AS mulai mendapatkan kembali kekuatannya. Pada pukul 10:28 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih melemah, tetapi tinggal 0,06%.
Investor sepertinya mulai mencerna hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang diumumkan dini hari tadi waktu Indonesia. Jerome 'Jay' Powell dan kolega memang mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% seperti yang sudah diperkirakan pasar. Namun pernyataan yang menyertai keputusan tersebut yang di luar dugaan.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar.
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Komentar yang jauh dari kesan dovish ini benar-benar di tidak terbayangkan sebelumnya. Pelaku pasar awalnya menduga The Fed kembali melontarkan pernyataan bernada kalem, bahkan mengarah ke penurunan suku bunga acuan.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. The Fed malah begitu tegas menyatakan bahwa kebijakan suku bunga saat ini sudah tepat, dan jangan diartikan The Fed membuka peluang untuk mengubahnya.
Perlahan, sentimen ini menjadi suntikan adrenalin bagi mata uang Negeri Paman Sam. Belum adanya penurunan suku bunga acuan, setidaknya dalam waktu dekat, masih akan membuat berinvestasi di dolar AS cukup menguntungkan.
Akibatnya, dolar AS mulai dikerubuti oleh pemilik modal. Aksi beli terjadi, dan greenback pun segar kembali.
Oleh karena itu, rupiah masih harus waspada. Apalagi penguatannya semakin tipis. Jika dolar AS semakin kuat, maka tampaknya kebangkitan rupiah akan mencapai batasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Investor sepertinya mulai mencerna hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) yang diumumkan dini hari tadi waktu Indonesia. Jerome 'Jay' Powell dan kolega memang mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% seperti yang sudah diperkirakan pasar. Namun pernyataan yang menyertai keputusan tersebut yang di luar dugaan.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar.
Komentar yang jauh dari kesan dovish ini benar-benar di tidak terbayangkan sebelumnya. Pelaku pasar awalnya menduga The Fed kembali melontarkan pernyataan bernada kalem, bahkan mengarah ke penurunan suku bunga acuan.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. The Fed malah begitu tegas menyatakan bahwa kebijakan suku bunga saat ini sudah tepat, dan jangan diartikan The Fed membuka peluang untuk mengubahnya.
Perlahan, sentimen ini menjadi suntikan adrenalin bagi mata uang Negeri Paman Sam. Belum adanya penurunan suku bunga acuan, setidaknya dalam waktu dekat, masih akan membuat berinvestasi di dolar AS cukup menguntungkan.
Akibatnya, dolar AS mulai dikerubuti oleh pemilik modal. Aksi beli terjadi, dan greenback pun segar kembali.
Oleh karena itu, rupiah masih harus waspada. Apalagi penguatannya semakin tipis. Jika dolar AS semakin kuat, maka tampaknya kebangkitan rupiah akan mencapai batasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular