Sebelum libur Hari Buruh Sedunia, rupiah ditutup melemah 0,35% di perdagangan pasar spot. Selama periode 22-30 April, rupiah sudah terdepresiasi 1,46%. Hampir 1,5%, sangat dalam.Â
Depresiasi rupiah yang sudah sangat dalam membuka peluang untuk
technical rebound. Investor yang melihat rupiah sudah terlalu murah akan tergerak hatinya dan kembali memborong mata uang Tanah Air.Â
Selain itu, dolar AS pun gagal memenuhi 'tugas sejarah' dari hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserve/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Dini hari tadi waktu Indonesia, Jerome 'Jay' Powell dan kolega mempertahankan suku bunga acuan di kisaran target 2,25-2,5%, seperti yang sudah diperkirakan.Â
Namun Powell menambahkan komentar yang sama sekali jauh dari kata kalem (
dovish). Prospek penurunan Federal Funds Rate seperti yang diidamkan pasar ternyata jauh panggang dari api.Â
"Kami merasa
stance kebijakan kami masih layak dipertahankan saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar.Â
"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.Â
Komentar yang jauh dari kesan
dovish ini membuat dolar AS sempat menguat. Namun ternyata itu tidak bertahan lama, karena pada pukul 08:17 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi
greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,09%.Â
Sepertinya investor malah bernafsu memburu aset-aset di pasar keuangan Asia, karena kemarin
dianggurin akibat libur. Setelah libur, investor ternyata ogah bermain aman dan 'membalas dendam' setelah kemarin tidak beraktivitas.
TIM RISET CNBC INDONESIA