"Lawan" Pemerintah, Pendapatan Bunga 4 Bank BUKU IV Tertekan

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 April 2019 16:22
Tingginya Yield Obligasi Jadi Masalah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Bank-bank BUKU 4 di tanah air, terutama BBNI, BBRI, dan BMRI, sedang menghadapi persaingan yang ketat dengan pemerintah Indonesia dalam menghimpun dana masyarakat. Pada Oktober 2018 silam, imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia tenor 10 tahun sempat berada di level 8,85% yang merupakan titik penutupan tertinggi sejak awal Januari 2016 silam.

Semenjak itu, yield obligasi berangsur-angsur turun. Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik karena ada dorongan beli. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun karena ada tekanan jual.

Mengalirnya dana nasabah ke pasar obligasi terlihat dari tertekannya jumlah rekening dengan dana di atas Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar. Per akhir 2018, jumlahnya ada sebanyak 170.466 rekening dengan nilai Rp 533,76 triliun. Per Februari 2019, jumlah rekeningnya turun 0,96% menjadi 168.831 dan nilainya juga turun 1,14% menjadi Rp 527,67 triliun.

Lantaran nasabahnya mengalihkan dana ke pasar obligasi, mau tak mau perbankan harus mengandalkan deposito yang menawarkan suku bunga lebih tinggi guna mencegah nasabahnya kabur lebih banyak.

Kedepannya, tarik-menarik dana antara perbankan dan pemerintah bisa terus terjadi dan semakin menyakiti NIM dari bank-bank di tanah air. Pasalnya, masih terdapat selisih (spread) yang besar antara yield obligasi dengan inflasi.

Pada perdagangan terakhir di tahun 2018, yield obligasi tenor 10 tahun berada di level 7,98%, sementara inflasi untuk tahun 2018 adalah sebesar 3,13%. Selisihnya adalah sebesar 485 bps.

Pada penutupan perdagangan hari Senin (26/4/2019), yield obligasi tenor 10 tahun berada di level 7,78%, sementara inflasi tahunan per Maret 2019 adalah sebesar 2,48%. Selisihnya adalah sebesar 530 bps.

Jika tarik-menarik dana antara perbankan dan pemerintah benar terus terjadi sehingga NIM bank-bank BUKU 4 terus tertekan, dampaknya ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipastikan akan besar. Pasalnya, saham-saham bank BUKU 4 memiliki kapitalisasi pasar yang begitu besar. Ketika harga saham bank-bank BUKU 4 jatuh, IHSG akan sulit untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular