
Duh! Melemah Lagi, Ini Hari ke-7 Rupiah dalam Tekanan
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 April 2019 08:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah langsung terdepresiasi melawan dolar AS pada pembukaan perdagangan di pasar spot hari ini. Mata uang Garuda melemah 0,04% ke level Rp 14.190/dolar AS. Pada pukul 08:23 WIB, pelemahan rupiah sudah bertambah dalam menjadi 0,07% ke level Rp 14.205/dolar AS.
Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah resmi tak pernah mencetak apresiasi dalam 7 hari perdagangan terakhir. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Pada hari ini, rupiah tak melemah sendirian. Mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah melawan dolar AS. Namun, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam kedua. Kinerja rupiah hanya lebih baik dari won yang jatuh hingga 0,42%.
Rilis data ekonomi AS yang lagi-lagi mampu mengalahkan ekspektasi membuat dolar AS gencar diburu investor. Kemarin (29/4/2019), personal spending periode Maret 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,9% secara bulanan, di atas capaian periode Februari yang sebesar 0,1%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 0,7%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai catatan, data ini menggambarkan perubahan jumlah uang yang dibelanjakan oleh konsumen di AS (setelah disesuaikan dengan inflasi).
Sebelumnya, pelaku pasar sudah meyakini bahwa perekonomian AS sedang berada dalam posisi yang kuat lantaran pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selain oleh data ekonomi, kuatnya laju perekonomian AS juga dibuktikan oleh rilis laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di sana. Hingga Senin pagi waktu setempat, dari 231 perusahaan anggota indeks S&P 500 yang sudah merilis kinerja keuangan kuartalannya, sebanyak 77,5% di antaranya berhasil mencatatkan laba bersih di atas ekspektasi, menurut data FactSet yang dilansir dari CNBC International. Rata-rata pertumbuhan laba bersihnya adalah sebesar 1% secara tahunan, jauh di atas ekspektasi yakni kontraksi sebesar 4,2%.
Dari dalam negeri, tak ada suntikan energi bagi rupiah dari Bank Indonesia (BI). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang hasilnya diumumkan pada hari Kamis lalu (25/4/2019) memutuskan bahwa 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 6%.
Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah resmi tak pernah mencetak apresiasi dalam 7 hari perdagangan terakhir. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Pada hari ini, rupiah tak melemah sendirian. Mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah melawan dolar AS. Namun, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam kedua. Kinerja rupiah hanya lebih baik dari won yang jatuh hingga 0,42%.
Rilis data ekonomi AS yang lagi-lagi mampu mengalahkan ekspektasi membuat dolar AS gencar diburu investor. Kemarin (29/4/2019), personal spending periode Maret 2019 diumumkan tumbuh sebesar 0,9% secara bulanan, di atas capaian periode Februari yang sebesar 0,1%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yang sebesar 0,7%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Sebagai catatan, data ini menggambarkan perubahan jumlah uang yang dibelanjakan oleh konsumen di AS (setelah disesuaikan dengan inflasi).
Sebelumnya, pelaku pasar sudah meyakini bahwa perekonomian AS sedang berada dalam posisi yang kuat lantaran pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Selain oleh data ekonomi, kuatnya laju perekonomian AS juga dibuktikan oleh rilis laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di sana. Hingga Senin pagi waktu setempat, dari 231 perusahaan anggota indeks S&P 500 yang sudah merilis kinerja keuangan kuartalannya, sebanyak 77,5% di antaranya berhasil mencatatkan laba bersih di atas ekspektasi, menurut data FactSet yang dilansir dari CNBC International. Rata-rata pertumbuhan laba bersihnya adalah sebesar 1% secara tahunan, jauh di atas ekspektasi yakni kontraksi sebesar 4,2%.
Dari dalam negeri, tak ada suntikan energi bagi rupiah dari Bank Indonesia (BI). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang hasilnya diumumkan pada hari Kamis lalu (25/4/2019) memutuskan bahwa 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 6%.
Next Page
Koreksi Harga Minyak Jadi tak Terasa
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular