
Harga Batu Bara Turun, Laba Indika Q1-2019 Anjlok 80%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 April 2019 16:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja keuangan PT Indika Energy Tbk (INDY) pada 3 bulan pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan kuartal pertama lalu.
Hingga akhir Maret 2019 total penjualan perusahaan turun 13,39% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 700,73 juta atau setara Rp 9,95 triliun.
Kinerja bottom line perusahaan bahkan lebih mengecewakan. Pasalnya, pada periode tersebut laba bersih INDY terjun bebas dengan anjlok 79,95% YoY menjadi hanya US$ 11,7 juta dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 58,38 juta.
Indikasi rapor merah tersebut sudah disampaikan sebelumnya oleh Indika Aziz Armand, Direktur Keuangan dan Chief Executive Officer.
"Kemungkinan kinerja kita kuartal I-2019 lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Tapi jumlah produksi kami masih sama tak jauh berbeda dengan tahun lalu," kata Armand, saat memberikan paparan dengan media massa, Senin (08/04/2018).
"Tahun lalu pada kuartal I harga batu bara dalam tren naik khususnya pada kuartal I. Penyebabnya cuaca buruk dan persoalan di transportasi sehingga supply di pasar berkurang dan harga naik," kata Armand.
Harga batu bara dunia memang terus-menerus turun sejak Juli tahun lalu. Pada kuartal I-2019 harga rata-rata batu bara dunia senilai US$ 96,67/ton, 6,46% lebih rendah dibanding kuartal I-2018 yang mencatatkan harga rerata batu bara sebesar US$ 102,92/ton.
Dampak menurunnya harga baru bara dunia terlihat jelas pada pos penjualan batu bara ke pelanggan luar negeri dan dalam negeri yang membukukan koreksi masing-masing 29,15% YoY dan 12,75% YoY.
Lebih lanjut, penurunan harga baru bara dunia bukan satu-satunya penyebab buruknya kinerja keuangan perusahaan kuartal pertama tahun ini. Faktor lainnya adalah tingginya beban pokok penjualan dan kenaikan pada beban umum (administrasi) serta beban keuangan.
Pada periode tersebut, beban pokok penjualan INDY tercatat mencapai US$ 583,08 juta atau setara 83,21% dari total penjualan perusahaan. Angka tersebut tidak berbeda dengan jumlah beban pokok penjualan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 580,23 juta.
Ini kemudian membuktikan pernyataan Armand, bahwa produksi batu bara perusahaan sejatinya tidak jauh berbeda dengan kuartal pertama tahun lalu.
Hal ini dikarenakan, pada umumnya, pergerakan pos beban pokok penjualan mencerminkan total produksi perusahaan.
Laba bersih juga ditekan dengan meningkatnya biaya pada pos beban umum yang tercatat naik 6,8% secara tahunan menjadi US$ 34,95 juta. Selain itu, beban keuangan juga mencatat kenaikan 3% YoY menjadi US$ 25,4 juta.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Indika Energy (INDY) Gelar RUPST, Intip Potensi Dividen yang Dibagi
Hingga akhir Maret 2019 total penjualan perusahaan turun 13,39% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 700,73 juta atau setara Rp 9,95 triliun.
Kinerja bottom line perusahaan bahkan lebih mengecewakan. Pasalnya, pada periode tersebut laba bersih INDY terjun bebas dengan anjlok 79,95% YoY menjadi hanya US$ 11,7 juta dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 58,38 juta.
Indikasi rapor merah tersebut sudah disampaikan sebelumnya oleh Indika Aziz Armand, Direktur Keuangan dan Chief Executive Officer.
"Tahun lalu pada kuartal I harga batu bara dalam tren naik khususnya pada kuartal I. Penyebabnya cuaca buruk dan persoalan di transportasi sehingga supply di pasar berkurang dan harga naik," kata Armand.
Harga batu bara dunia memang terus-menerus turun sejak Juli tahun lalu. Pada kuartal I-2019 harga rata-rata batu bara dunia senilai US$ 96,67/ton, 6,46% lebih rendah dibanding kuartal I-2018 yang mencatatkan harga rerata batu bara sebesar US$ 102,92/ton.
Dampak menurunnya harga baru bara dunia terlihat jelas pada pos penjualan batu bara ke pelanggan luar negeri dan dalam negeri yang membukukan koreksi masing-masing 29,15% YoY dan 12,75% YoY.
Lebih lanjut, penurunan harga baru bara dunia bukan satu-satunya penyebab buruknya kinerja keuangan perusahaan kuartal pertama tahun ini. Faktor lainnya adalah tingginya beban pokok penjualan dan kenaikan pada beban umum (administrasi) serta beban keuangan.
Pada periode tersebut, beban pokok penjualan INDY tercatat mencapai US$ 583,08 juta atau setara 83,21% dari total penjualan perusahaan. Angka tersebut tidak berbeda dengan jumlah beban pokok penjualan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 580,23 juta.
Ini kemudian membuktikan pernyataan Armand, bahwa produksi batu bara perusahaan sejatinya tidak jauh berbeda dengan kuartal pertama tahun lalu.
Hal ini dikarenakan, pada umumnya, pergerakan pos beban pokok penjualan mencerminkan total produksi perusahaan.
Laba bersih juga ditekan dengan meningkatnya biaya pada pos beban umum yang tercatat naik 6,8% secara tahunan menjadi US$ 34,95 juta. Selain itu, beban keuangan juga mencatat kenaikan 3% YoY menjadi US$ 25,4 juta.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Indika Energy (INDY) Gelar RUPST, Intip Potensi Dividen yang Dibagi
Most Popular