
Sempat Terseok-Seok, IHSG Naik Tipis Penutupan Sesi I
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 April 2019 12:58

Sejatinya, penguatan IHSG bisa lebih tinggi jika investor asing tak melakukan aksi jual. Per akhir sesi 1, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 227 miliar di pasar reguler.
Saham-saham yang banyak dilepas investor asing di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (Rp 67,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 35,5 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 33,6 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 28,8 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 27,9 miliar).
Pelemahan rupiah menjadi momok bagi investor asing. Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, mata uang Garuda melemah 0,04% ke level Rp 14.185/dolar AS. Hingga siang hari, pelemahannya menjadi bertambah dalam yakni sebesar 0,07% ke level Rp 14.190/dolar AS.
Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah resmi tak pernah mencetak apresiasi dalam 6 hari perdagangan terakhir. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian dari selisih kurs, sehingga wajar jika aksi jual di pasar saham Indonesia dilakukan.
Walaupun direspons positif di bursa saham, kinclongnya data ekonomi AS menjadi petaka bagi rupiah. Pasalnya, deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar. Praktis, dolar AS menjadi memiliki daya tarik yang besar.
Dari dalam negeri, tak ada suntikan energi bagi rupiah dari Bank Indonesia (BI). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang hasilnya diumumkan pada hari Kamis lalu (25/4/2019) memutuskan bahwa 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Saham-saham yang banyak dilepas investor asing di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (Rp 67,8 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 35,5 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 33,6 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 28,8 miliar), dan PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 27,9 miliar).
Pelemahan rupiah menjadi momok bagi investor asing. Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, mata uang Garuda melemah 0,04% ke level Rp 14.185/dolar AS. Hingga siang hari, pelemahannya menjadi bertambah dalam yakni sebesar 0,07% ke level Rp 14.190/dolar AS.
Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian dari selisih kurs, sehingga wajar jika aksi jual di pasar saham Indonesia dilakukan.
Walaupun direspons positif di bursa saham, kinclongnya data ekonomi AS menjadi petaka bagi rupiah. Pasalnya, deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar. Praktis, dolar AS menjadi memiliki daya tarik yang besar.
Dari dalam negeri, tak ada suntikan energi bagi rupiah dari Bank Indonesia (BI). Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang hasilnya diumumkan pada hari Kamis lalu (25/4/2019) memutuskan bahwa 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di level 6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)
Pages
Most Popular