
Mata Uang Asia Menguat Tapi Rupiah Stagnan Saja, Kok Bisa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2019 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak jadi melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Lumayan lah, karena nyaris seharian rupiah berkubang di zona merah.
Pada Jumat (26/4/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.180 kala penutupan pasar spot. Sama seperti posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.
Mengawali perdagangan, rupiah melemah 0,04%. Depresiasi rupiah sempat mencapai 0,11%, tetapi kemudian menipis dan bahkan beberapa saat menguat.
Namun penguatan rupiah tidak lama, karena kemudian mata uang Tanah Air kembali melemah. Rupiah bertahan di zona merah sampai lapak hampir ditutup.
Beberapa saat jelang perdagangan berakhir, rupiah berhasil melompat meski tidak tinggi. Setidaknya rupiah tidak lagi melemah, masuk zona netral. Tidak melemah, tetapi juga tidak menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Rupiah tidak seberuntung para tetangganya, yang kebanyakan menguat di hadapan dolar AS. Yuan China, rupee India, ringgit Malaysia, peso Filipina, dolar Singapura, sampai baht Thailand berhasil terapresiasi.
Sementara mata uang yang masih terjebak di zona merah adalah dolar Hong Kong, yen Jepang, dan won Korea Selatan. Rupiah sendirian di wilayah netral. Setidaknya rupiah tidak jadi melemah selama tiga hari beruntun.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pukul 16:14 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah gagal memanfaatkan dolar AS yang sebenarnya sedang melemah. Pada pukul 16:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) terkoreksi 0,1%.
Pelemahan ini wajar karena penguatan dolar AS sudah agak 'keterlaluan'. Meski saat ini melemah, Dollar Index masih menguat 0,75% dalam sepekan terakhir. Dalam sebulan ke belakang, indeks ini menguat 1,38%.
Jadi tidak heran dolar AS rentan terserang ambil untung (profit taking). Penguatan dolar AS yang sudah lumayan tajam memancing investor untuk mencairkan cuan.
Mengapa rupiah melemah? Sepertinya faktor domestik menjadi pemberat langkah rupiah yaitu ambil untung, penyakit yang juga menjangkiti dolar AS. Selama periode 1-18 April, rupiah menguat sampai 1,37%. Sejak awal tahun, apresiasi rupiah masih tinggi yaitu di 1,36%.
Oleh karena itu, risiko koreksi akan selalu membayang rupiah. Investor yang sudah merasa memperoleh cuan yang lumayan tentu tergoda mencairkannya, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Jumat (26/4/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.180 kala penutupan pasar spot. Sama seperti posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya alias stagnan.
Mengawali perdagangan, rupiah melemah 0,04%. Depresiasi rupiah sempat mencapai 0,11%, tetapi kemudian menipis dan bahkan beberapa saat menguat.
Namun penguatan rupiah tidak lama, karena kemudian mata uang Tanah Air kembali melemah. Rupiah bertahan di zona merah sampai lapak hampir ditutup.
Beberapa saat jelang perdagangan berakhir, rupiah berhasil melompat meski tidak tinggi. Setidaknya rupiah tidak lagi melemah, masuk zona netral. Tidak melemah, tetapi juga tidak menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini:
Rupiah tidak seberuntung para tetangganya, yang kebanyakan menguat di hadapan dolar AS. Yuan China, rupee India, ringgit Malaysia, peso Filipina, dolar Singapura, sampai baht Thailand berhasil terapresiasi.
Sementara mata uang yang masih terjebak di zona merah adalah dolar Hong Kong, yen Jepang, dan won Korea Selatan. Rupiah sendirian di wilayah netral. Setidaknya rupiah tidak jadi melemah selama tiga hari beruntun.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pukul 16:14 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah gagal memanfaatkan dolar AS yang sebenarnya sedang melemah. Pada pukul 16:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) terkoreksi 0,1%.
Pelemahan ini wajar karena penguatan dolar AS sudah agak 'keterlaluan'. Meski saat ini melemah, Dollar Index masih menguat 0,75% dalam sepekan terakhir. Dalam sebulan ke belakang, indeks ini menguat 1,38%.
Jadi tidak heran dolar AS rentan terserang ambil untung (profit taking). Penguatan dolar AS yang sudah lumayan tajam memancing investor untuk mencairkan cuan.
Mengapa rupiah melemah? Sepertinya faktor domestik menjadi pemberat langkah rupiah yaitu ambil untung, penyakit yang juga menjangkiti dolar AS. Selama periode 1-18 April, rupiah menguat sampai 1,37%. Sejak awal tahun, apresiasi rupiah masih tinggi yaitu di 1,36%.
Oleh karena itu, risiko koreksi akan selalu membayang rupiah. Investor yang sudah merasa memperoleh cuan yang lumayan tentu tergoda mencairkannya, sehingga rupiah rawan terkena tekanan jual.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular